Oleh Rollam Handerson

Motivasi ibarat api di dalam pikiran seseorang yang terkadang besar membara kadang juga redup, tergantung kondisi mentalnya. Jika seseorang ingin menggapai kesuksesan, motivasi adalah panas api yang harus dijaga jangan sampai padam, karena padamnya motivasi berarti kehilangan bahan bakar untuk menggerakkan mesin tubuh ini untuk menggapai tujuan.

Memberikan motivasi adalah menyalakan kembali api motivasi di dalam diri seseorang supaya kembali bersemangat, memiliki keberanian dan pantang menyerah untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Kemampuan untuk memberikan motivasi adalah adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari oleh siapa saja, seorang ibu rumah tangga, mahasiswa, manajer, dan tentu saja pemimpin.

Manusia ibarat sebuah gunung es yang tertutup oleh samudra, yang terkadang perlu diingatkan bahwa yang kadang terlihat hanya kekurangan (potongan es di atas air), namun keunggulannya tidak kelihatan karena masih di bawah permukaan air. Salah satucara memperlihatkan potongan es yang besar itu adalah memberikan motivasi kepada orang tersebut.

Kebutuhan Manusia
Teori Maslow merupakan teori populer yang menggambarkan hierarki kebutuhan manusia yang berbeda-beda. Dengan mengetahui jenjang kebutuhan seseorang, motivator merumuskan bentuk-bentuk motivasi yang sesuai dan lebih terfokus kepada tingkatan kebutuhan dari seseorang.

Di jenjang paling bawah, motivasi berbentuk materi seperti: rumah, makanan, uang, dan sebagainya. Di jenjang berikutnya, motivasi tidak lagi berupa materi tetapi berupa perasaan, penghargaan dan kesempatan berkarya. Oleh karena itu, teori ini menjelaskan bahwa materi merupakan faktor mendasar yang mutlak ada sebelum munculnya kebutuhan-kebutuhan yang lain yang sifatnya nonmateri. Dengan demikian, motivasi dapat berbentuk dua hal, yaitu materi dan nonmateri.

Hal-hal yang Perlu Diketahui sebelum Memotivasi Orang Lain
Untuk menjadi seorang motivator, dibutuhkan penciptaan terus-menerus dan bukan berasal dari kelahiran seseorang. Di bawah ini adalah hal-hal dasar yang layak dipahami oleh seorangmotivator:

n Motivasi kepada diri sendiri
Memotivasi diri sendiri adalah hal yang pokok sebelum kita memotivasi orang lain. Kita harus menciptakan suasana dan keteladanan yang dapat menjadi bahan bakar kita untuk mulai membakar orang lain. Paramotivator ulung adalah orang-orang yang dihormati atas keberhasilan mereka sebelumnya.
Di dalam bukunya Successful Motivation in a week, Harvey memberikan pelajaran selama seminggu belajar motivasi diri sendiri dan orang lain secara praktikal. Harvey menyebutkan bahwa calon-calonmotivator memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
• Positif
• Rasa berterima kasih kepada orang-orang terbaik yang bekerja bersama kita
• Menyadari pentingnya harga diri

n Kecerdasan emosi
Pada umumnya motivasi disampaikan lewat komunikasi lisan antarmotivator dengan orang lain, yang mengharuskan motivator memiliki kecerdasan emosi yang baik karena kecerdasan emosi adalah dasar untuk berkomunikasi baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi mencakup pengelolaan emosi diri sendiri maupun orang lain.

n Empati
Empati adalah menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Perlu disadari bahwa sesungguhnya motivasi hanya bekerja di luar, api motivasi sebenarnya berada di dalam diri masing-masing. Oleh karena itu dengan berusaha menempatkan diri menjadi orang lain, ide-ide untuk memotivasi orang akan menjadi lebih tajam karena kita melihat dengan kacamata orang tersebut bukan dengan kacamata kita sendiri.

Dalil-dalil sebagai Motivator
McGinnis memberikan 12 kunci prinsip yang merupakan rahasia pemotivasian yang perlu dipahami sebagai seorang motivator:

1. Harapkanlah yang terbaik dari orang yang Anda pimpin
Sebagai seorang motivator, Anda harus membantu orang-orang untuk mencapai keberhasilan sehingga mereka dapat memberikan yang terbaik kepada Anda. Sebagai manajer misalnya, Anda senantiasa mendorong staf Anda untuk menambah pengetahuan dan keterampilan supaya mereka dapat memberikan performa yang terbaik di pekerjaan mereka, dengan demikian tujuan bersama bisa tercapai. Selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, Anda juga selalu mengingatkan bahwa mereka memiliki potensi tersembunyi dan keinginan untuk melihat mereka berhasil.

2. Pelajarilah secara mendalam apa yang dibutuhkan orang
Prinsip ini merupakan prinsip pendahuluan di mana rencana motivasi yang baik haruslah dirancang dengan melihat keinginan/hasrat mereka saat ini dan bukan berdasarkan rencanamotivator itu sendiri. Jangan mengganggap bahwa orang lain memiliki kebutuhan yang sama dengan Anda.

3. Menetapkan standar keunggulan yang tinggi
Menetapkan standar keunggulan yang tinggi berarti mendorong seseorang untuk mencapai target atau nilai tertentu, misalnya catatan waktu bagi seorang atlet renang, volume sales untuk Manajer Sales, dan lain sebagainya. Standar keunggulan juga merupakan budaya/kebiasaaan yang menjunjung tinggi prestasi tertentu, misalnya kualitas, rekor, inovasi, dan sebagainya. Memiliki keunggulan yang tinggi merupakan kebanggaan tersendiri bagi seseorang yang mampu meraihnya.

4. Ciptakan suasana di mana kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal
Motivator yang tulus akan selalu mengingatkan bahwa kegagalan bukan berarti akhir dari segalanya. Tidak ada manusia yang tidak pernah gagal tetapi hanya sedikit yang mampu bangkit dari kegagalannya dan merekalah yang mencapai keberhasilan. Kegagalan adalah pengalaman yang akan membentuk kesuksesan. Seorangmotivator tidak akan mengumumkan kegagalan seseorang tetapi hanya keberhasilan yang dicapai.
Motivator dapat memberikan contoh-contoh orang berhasil di dunia yang melalui berkali-kali kegagalan, di antaranya : Thomas Alva Edison, Abraham Lincoln, Winston Churcill, Soekarno, dan lain-lain.

5. Jika Anda mengharapkan seseorang untuk melakukan apa yang Anda inginkan, maka topanglah rencananya yang mengarah ke tujuan itu.
Prinsip 5 ini mengajarkan seorang motivator yang senantiasa mendukung orang lain untuk melakukan apa yang si motivator tersebut inginkan. Prinsip 5 ini cukup kontroversial karena seakan-akan kita memperalat seseorang, akan tetapi di baliknya tidaklah demikian. Sebagai contoh adalah seorang ayah yang menghendaki anaknya menjadi seorang petenis profesional, berjuang sejak anaknya masih kecil. Sang ayah sebagai motivator memancing minat dan menggali bakat tenis dari anaknya sendiri, menemaninya berlatih dan bertanding terus-menerus sampai anaknya berhasil menjadi petenisprofesional . Tidak hanya itu, ia juga mendorong dan membesarkan hati anak-anaknya dalam mengejar berbagai sasaran setingi mungkin, dan yang bisa melakukan motivasi sesuai dengan cita-cita anaknya, maka hal itu di kemudian akan memberi arti yang sangat penting bagi kehidupan anak-anaknya (McGinnins).

6. Pakailah keteladanan untuk merangsang keberhasilan
Untuk membujuk seseorang melakukan sesuatu, menuntut kita sendiri yang harus memberi contoh agar dia melakukannya. Cerita mengenai kerja keras dan keberhasilan dapat membuat seseorang menjadi yakin karena cerita-cerita tersebut langsung mengena ke hati yang menggetarkan perasaan dan mengubah sikap kita.

7. Kenalilah dan berikan pujian atas prestasi
Sebuah pujian adalah penguatan secara positif dalam psikologi. Berikanlah pujian secara langsung dan dapat diketahui juga oleh orang banyak. Carnegie sebagai seorang motivator manusia mengatakan manusia adalah makhluk yang haus akan pujian atas prestasi mereka.

8. Pergunakanlah perpaduan antara pergulatan yang positif dan pergulatan yang negatif.
Pergulatan negatif adalah pujian, penghargaan, kasih dan lain-lain sedangkan pergulatan negatif adalah teguran, hukuman, amarah, dan lain-lain. Kedua pergulatan ini adalah dua hal yang saling bertolak belakang tetapi sama-sama merupakancara untuk memotivasi orang. Seorang motivator harus jeli melihat kapan menggunakan pergulatan negatif atau positif untuk memotivasi orang. Dalam situasi tertentu, motivator bisa saja bertindak keras, tetapi selalu bertindak adil sehingga seseorang bisa memahami nilai-nilai yang ingin ditanamkan dan tidak asal melihat hukumannya saja. Secara keseluruhan, McGinnis menganjurkan lebih banyak pujian dibandingkan hukuman.

9. Sesekali ciptakan hasrat untuk bersaing
Persaingan tidak terlalu efektif jika terus-menerus dilakukan karena bisa menciptakan perasaan dimanipulasi, saling menjegal yang menciptakan kompetisi yang tidak sehat. Gunakanlah persaingan untuk memberikan inspirasi dan memacu semangat, bukan hanya media untuk melemparkan kritik.
Berikut ini dua contoh kalimat untuk memotivasi tetapi terdapat perbedaan makna di dalamnya:
Ana, kapan kamu mau membersihkan kamarmu sendiri? Kenapa sih kamu nggak seperti temanmu yang memiliki kamar yang bersih dan rapi?
Ana, apakah kamu menyenangi kamar Ria yang bersih? Kapan kamu mau bersih-bersih kamar lagi?

10. Upayakanlah kerjasama
Kerjasama di ini berarti melakukan sesuatu secara bersama-sama. Kebersamaan membangkitkan motivasi yang luar biasa karena semakin banyak yang ”menemani” maka semakin kuat tekad yang timbul.

11. Upayakan agar di dalam kelompok ada peluang untuk melawan.
Sewaktu memimpin sebuah kelompok yang memiliki beberapa orang anggota dengan sifat melawan, seorang pemimpin sekaligus motivator tidak selalu mengganggap kehadiran seorang pemberontak akan mematikan niat kita sebagai motivator mereka.

Sifat kontradiksi adalah alami dari manusia yang ingin membatasi kekuasaan pimpinan yang menentukan nasib mereka. Hal seperti ini dapat membawa angin positif karena pemberontak dapat berkembang menjadi pemikir yang bebas, kritis dan kreatif, memiliki pendapat sendiri dan berkemampuan untuk memimpin orang-orang.

Menghadapi para perusuh membutuhkan kiat-kiat tersendiri, misalnya berusahalah untuk selalu mencari tahu dan menerima tingkah laku mereka dalam batas wajar, mintalah pertolongan darinya, dan carilah sisi-sisi terbaik mereka. Tetapi jika menjadi sangat parah, Anda sebaiknya menggeser atau memecat orang tersebut.

Dengan demikian secara tidak langsung Anda telah menciptakan pemimpin-pemimpin baru yang akan mengerjakan tugas-tugas Anda di masa mendatang dan Anda sendiri dapat meninggalkan kelompok tersebut untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

12. Usahakanlah agar motivasi Anda tetap tinggi
Beberapa cara seorang motivator dapat memotivasi dirinya sendiri adalah: bergaullah dengan orang-orang yang berhasil dan berpikiran positif, awasi gagasan-gagasan yang masuk, manfaatkan sumber informasi, tingkatkanlah kemampuan dan keterampilan Anda dengan mengikuti kursus/ seminar, tingkatkan spiritualitas Anda.

Bentuk-bentuk motivasi

1. Teguran atau Kritik
Menegur berarti mengingatkan bila seseorang tidak mencapai standar agar dia dapat mencoba kembali mencapai standar tersebut. Di dalam menegur, seorang motivator harus dapat memperlihatkan kesalahan apa yang terjadi, memiliki cukup fakta dan disertai perasaan sang motivator, apakah marah, tersinggung ataupun frustasi.
Mengkritik adalah sebuah tindakan yang sulit kalau kita melihat prinsip-prinsip berkomunikasi yang diungkapkan oleh Dale Carnegie, yaitu jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh sebaliknya berikan penghargaan yang jujur dan tulus. Jadi sebisa mungkin jangan menyampaikan kritik, tetapi berikan saran-saran berharga yang membangun.

2. Amarah
Amarah adalah emosi yang digunakan oleh pembicara-pembicara untuk memukau pendengarnya. Amarah seorang jenderal digunakan untuk membangkitkan kemarahan seluruh tentaranya untuk membangkitkan semangat juang seluruh tentaranya. Amarah seorang manajer untuk menegaskan kembali standar keunggulan mutu perusahaan.

3. Tantangan
Adalah target yang tidak mustahil untuk dilakukan dengan melihat keterbatasan-keterbatasan yang ada. Tantangan yang realistis mampu membangkitkan antuasisme dari staff / tim untuk memberikan performa terbaik yang semakin baik lagi.

4. Kecacatan tubuh
Di dalam buku-buku banyak yang mengisahkan orang-orang cacat yang berhasil berjaya di bidangnya. Sebagai contoh Andrea Bocelli, penyanyi suara tenor yang sangat terkenal meskipun tidak dapat melihat. Setelah memperoleh keberhasilan, mereka tidak tinggal diam tetapi selalu memotivasi orang lain apalagi yang mengalami cacat tubuh untuk terus berusaha mencapai keberhasilan dan tidak selalu melihat kekurangan yang mereka miliki.

5. Kepercayaan dan tanggung jawab
Buatlah orang tersebut merasa penting dan dibutuhkan oleh orang lain serta diperhatikan oleh orang lain termasuk Anda.
Secara umum, beberapa orang akan terpengaruh untuk berusaha jika diberikan tanggung jawab karena tanggung jawab adalah wujud otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil keputusan. Lebih jauh lagi, memberikan tanggung jawab berarti memberikan kesempatan kepada seseorang untuk membuktikan kemampuannya.

6. Materi
Memberikan materi adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (Teori Maslow). Materi dapat berupa gaji yang pantas, fasilitas, kendaraan, rumah, dan lain sebagainya.

Motivasi di berbagai bidang

n Olahraga
Motivasi berupa latihan mental, khususnya kepada pemain-pemain muda untuk membentuk kepercayaan diri, keyakinan dan target untuk menjadi juara. Motivasi merupakan faktor nonteknis yang menentukan kondisi mental atlet di samping faktor nonteknis. Di dalam sebuah pertandingan, kehadiran pendukung memberikan keuntungan besar kepada atlet yang didukungnya.

n Perusahaan
Secanggih apa pun pengetahuan dari pemimpin puncaknya, dalam titik tertentu keberhasilan ditentukan oleh berapa besar motivasi kerja dari seluruh karyawan dari perusahaan tersebut. Motivasi kerja tersebut ditunjukkan dengan penampilan yang prima untuk perusahaan.

n Ketentaraan
Dalam setiap pertempuran, kehadiran seorang pemimpin perang yang disegani memberikan motivasi tempur yang tinggi kepada setiap tentara yang dipimpinnya.

Penutup
Dengan menjadi seorang motivator, kita dapat memperoleh keuntungan-keuntungan seperti kerja sama tim, jiwa kepemimpinan dan motivasi diri yang lebih kuat. Seseorang yang memberikan motivasi kepada teman-teman, kerabat, rekan kerja membuat dunia ini akan menjadi tempat hidup yang lebih baik.

sinarharapan.co.id

Category: | 1 Comment

Artikel:
Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa

Judul: Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan.
Nama & E-mail (Penulis): Adrian
Saya Mahasiswa di S-3 PPs Universitas Negeri Yogyakarta
Topik: Metodologi Pengajaran
Tanggal: 20 Oktober 2004

Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa *)
Oleh : Adrian **)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.

Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar.

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.

Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Karena begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran maka penulis tergugah untuk menulis dan menguraikannya sehingga makalah ini penulis beri judul "Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa".

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka timbul masalah-masalah sebagai berikut :

1. Benarkah pendidikan dapat menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan pengajaran ?

2. Adakah Interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) ?

3. Apakah komponen-komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ?

4. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?

5. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?

6. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?

7. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?

8. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penguraian makalah lebih terarah dan terfokus maka penulis batasi pada point 4,5,6,7 dan 8 dari identifikasi masalah di atas yaitu :

1. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?

2. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?

3. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?

4. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?

5. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, Identifikasi dan batasan masalah maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?

2. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?

3. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?

4. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?

5. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?

E. Tujuan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menginformasikan bagi para pembaca, bahwa betapa pentingnya metodologi mengajar dikuasai oleh pendidik, dan diusahakan metodologi yang dimiliki pendidik pada saat praktek disesuaikan dengan tipe belajar siswa, sehingga diharapkan materi yang kita sampaikan terekam dan tercerna oleh peserta didik, dan dapat ditunjukan oleh mereka pada sikap dan prilaku dalam kesehariannya.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Pengertian Tipe

Tipe : sikap, gerak, gerik, lagak yang menandai ciri seseorang, atau gerakan tertentu yang diatur untuk menarik perhatian orang lain.

2. Pengertian Belajar

² Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami.

² Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman itu dapat diperoleh dengan mempergunakan panca indra.

² Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.

² Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.

² Hudgins Cs. (1982) berpendapat Hakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman .

² Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman.

² Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

Pada dasarnya prinsip belajar lebih dititikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi.

3. Pengertian Siswa / Peserta Didik

² A person registrered in an education and pursuing a course of study (Seseorang yang terdaftar pada sebuah lembaga pendidikan dan mengikuti suatu jalur studi). Asa S. Knowles, Editor-in-Chief, The International Encyclopedia of Higher Education, Volume 1, 1977.

² A student is a man or woman, who knows how tp read books. (Seorang peserta didik adalah seorang pria atau wanita yang mengetahui cara membaca buku-buku). The Future of The Indian University

² Peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan (Aminuddin Rasyad, 2000 : 105)

² Peserta didik atau siswa atau murid atau terdidik.

Siapa dan bagaimana peserta didik itu ?

1) Peserta didik sebagai individu / pribadi ( manusia seutuhnya ) :

Individu ini diartikan "Seseorang yang tidak bergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, juga mempunyai sifat dan keinginan sendiri ( Abu Ahmadi, 1991 ; 39 )

Untuk itu peserta didik harus dipandang secara filosofis, yaitu menerima kehadiran keakuannya, keindividuannya, sebagaimana mestinya ia ada ( eksistensinya ).

2) Peserta didik menurut tahap dan perkembangan umur

a. 0 - 7 tahun masa kanak-kanak

masa kanak-kanak adalah masa mulai bermain, berkawan, berkomunikasi dengan dunia luar.

b. 7 - 14 tahun masa sekolah

pada usia-usia 12 tahunan biasanya siswa memasuki masa kritis, dimana pendidik harus lebih memperhatikan dan memberi pengertian, serta bimbingan.

c. 14 - 21 tahun puberitas

masa puberitas terbagi tiga :

a) Masa pra puberitas : wanita 12 - 13 th Laki-laki 13 - 14 th

b) Masa puberitas : wanita 13 - 18 th Laki-laki 14 - 18 th

c) Masa adolesen : wanita 18 - 21 th Laki-laki 18 - 23 th

3) Peserta didik menurut status dan tingkat kemampuan.

Kata status disini diartikan dengan keadaan peserta didik dipandang secara umum dalam kemampuannya ( kecerdasannya ).

Kemampuan peserta didik dapat digolongkan 3 kelompok :

a. Peserta didik super normal

b. Peserta didik normal

c. Peserta didik sub normal

Untuk lebih rincinya lihat skema dibawah ini :

Genius IQ 140 keatas
Super normal Gifted IQ 130 - 140
Superior IQ 110 - 130
Normal dan Normal IQ 90 - 110
Derajat mental Sedikit di bawah
Normal Sub Normal /
Berdoline IQ 70 - 90
Debil IQ 50 - 70
Sub normal Insibil IQ 25 - 50
Idiot IQ 20 - 25

4. Pengertian Tipe Belajar Siswa

Dari pengertian-pengertian yang penulis uraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tipe belajar siswa adalah suatu sikap atau lagak yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, berdasarkan pengalaman yang dialaminya sendiri dengan mempergunakan alat indranya.

5. Pengertian Metodologi

Metodologi berasal dari bahasa Latin " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan.

6. Pengertian Mengajar

² Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu ".

² Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah . a way working with students ... A process of interaction . the teacher does something to student, the students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

² Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah " . suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar".

² Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.

² Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :

a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.

b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.

c. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.

Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercaqpai.

7. Pengertian Metodologi Mengajar

Dari definisi-definisi metodologi dan mengajar yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

B. Metode Mengajar

Beberapa metode mengajar yang dapat divariasikan oleh pendidik diantaranya :

1. Metode Ceramah (Preaching Method)

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :

a. Membuat siswa pasif

b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa

c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)

d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.

f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :

a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.

d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2. Metode diskusi ( Discussion method )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

a. Mendorong siswa berpikir kritis.

b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan

b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

3. Metode demontrasi ( Demonstration method )

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.

b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .

c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

4. Metode ceramah plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).

Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.

Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :

1). Penyampaian materi oleh guru.

2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.

3). Pemberian tugas kepada siswa.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)

5. Metode resitasi ( Recitation method )

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.

Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :

a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.

b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :

a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.

b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

6. Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.

c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

7. Metode Karya Wisata ( Study tour method )

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :

a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.

b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.

c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :

a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.

b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.

c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.

d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.

e. Biayanya cukup mahal.

f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

d. Dapat menimbulkan verbalisme.

9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )

Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )

Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri

11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )

Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.

12. Metode perancangan ( projeck method )

yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :

a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :

a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.

b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.

c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.

d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

13. Metode Bagian ( Teileren method )

yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.

14. Metode Global (Ganze method )

yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.

C. Perbandingan Ciri Khas Metode Mengajar

Metode Sifat Materi Tujuan Keunggulan Kelemahan

CeramahDemonstrasiDiskusi Informatif, faktualPrinsipal,faktual,keterampilanPrinsipal, konseptual, keterampilan Pemahaman PengetahuanPemahaman aplikasiPemahamanAnalisis, sintesis,Evaluasi, aplikasi Lebih banyak materi yang tersajiSiswa berpengalamanDan berkesan mendalam.Siswa aktif, berani dan kritis Siswa pasifLebih banyak alat dan biayaMemboroskan waktuDidominasiSiswa yangpintar

Metode mengajar yang dimiliki pendidik usahakan divariasikan, agar siswa-siswi dalam kelas yang tipe belajarnya pasti beragam itu dapat menerima, mencerna, menguasai materi yang diberikan oleh pendidik seefisien dan seefektif mungkin. Bagaimana agar yang kita harapkan itu menjadi kenyataan ? Salah satu solusinya adalah pendidik disamping menguasai beberapa metode mengajar, harus tahu juga tipe belajar para siswanya. Supaya sinkron antara metode mengajar pendidik dengan tipe belajar peserta didik. Artinya metode yang digunakan dalam megajar telah disesuaikan dengan tipe belajar peserta didik. Misal tipe belajar siswa visual, maka akan lebih mudah dicerna oleh siswa apabila guru mengajar dengan slide, makalah, atau digambarkan langsung di papan tulis. Untuk itu mari kita lihat beberpa tipe belajar siswa .

D. Beberapa Tipe Belajar Siswa

Mengetahui tipe belajar siswa membantu guru untuk dapat mendekati semua atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan tipe belajar siswa.

Beberapa Tipe Belajar Siswa Sebagai Berikut :

1. Tipe Belajar Visual.

Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.

Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :

² Bicara agak cepat

² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

² Tidak mudah terganggu oleh keributan

² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

² Lebih suka membaca dari pada dibacakan

² Pembaca cepat dan tekun

² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

² Lebih suka musik dari pada seni

² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

² Mengingat dengan Asosiasi Visual

2. Tipe Belajar Auditif.

Siswa yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan kepada siswa tuli, walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang tepat.

Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif :

² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri

² Penampilan rapi

² Mudah terganggu oleh keributan

² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

² Biasanya ia pembicara yang fasih

² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain

² Berbicara dalam irama yang terpola

² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

3. Tipe Belajar Kinestetik.

Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri Tipe Belajar Kinestetik :

² Berbicara perlahan

² Penampilan rapi

² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

² Belajar melalui memanipulasi dan praktek

² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

² Menyukai permainan yang menyibukkan

² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

4. Tipe Belajar Taktil.

Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini penyerapan hasil pendidikannya melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit.

Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk)

5. Tipe Belajar Olfaktoris.

Keberhasilan siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat indra pencium, tipe siswa ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan.

Siswa tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium

6. Tipe Belajar Gustative.

Siswa yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.

7. Tipe Belajar Kombinatif.

Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar.

Karena banyak ragam tipe belajar siswa, maka kita sebagai pendidik hendaknya mengenali betul anak didik kita dan hendaknya pendidik memiliki berbagai metode mengajar, agar siswa dapat menerima atau mengerti apa yang disampaikan oleh gurunya dengan seefektif dan seefisien mungkin.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa

b. Faktor ekstenal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, perhatikan bagan di bawah ini :

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Ragam Faktor dan Elemennya

Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa

1. Aspek Fisiologis :- Tonus Jasmani- Mata dan telinga2. Aspek Psikologis- intelegensi- sikap- minat- bakat- motivasi 1. Lingkungan Sosial- keluarga- guru dan staf- masyarakat- teman2. Lingkungan Nonsosial- rumah- sekolah- peralatan- alam 1. Pendekatan Tinggi- speculative- achieving2. Pendekatan Sedang- analitical- deep3. Pendekatan Rendah- reproductive- surface

G. Hubungan Metodologi Mengajar Dengan Tipe Belajar

Beberapa metode mengajar yang telah penulis uraikan di atas sebaiknya dikuasai dan divariasikan oleh pendidik, dengan tujuan pada saat mengajar dipraktekkan langsung, agar siswa yang terdiri dari bebrapa tipe belajar tersebut dapat menyimak, menerima, mencerna dan mengerti, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti adanya perubahan tingkah laku yang positif yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, wawasannya lebih luas, tutur katanya lebih sopan serta gaya hidupnyapun lebih intelek.

Metode mengajar jelas erat hubungannya dengan tipe belajar peserta didik, karena dalam proses belajar mengajar yang baik adalah apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Untuk itu maka pendidik harus dapat menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, menggairahkan dan membuat siswa antusias untuk belajar. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Bagaimana cara menciptakannya ?. Perhatikan tipe belajar terbanyak dari siswa yang kita ajar. Jika tipe belajar tebanyak adalah bertipe belajar auditif, maka kita akan tepat jika menggunakan metode ceramah atau mendengarkan kaset, tetapi diselingi juga dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), dapat juga dengan memutarkan filmnya agar siswa dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan peserta didik dalam kelas yang tipe belajarnya beragam itu, dapat menyimak, memperhatikan , sehingga terjadilah proses belajar mengajar dan terdapat interaksi dari keduanya.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bahwa ini :

seorang peserta didik baru saja menerima sebuah bingkisan hadiah berupa kotak, setelah peserta didik membukanya, ternyata kotak itu berisi rumah boneka Barbie dalam keadaan terurai terdiri dari 25 bagian yang terpisah-pisah dilengkapi dengan buku petunjuk setebal 20 halaman untuk membantu peserta didik dalam merangkai rumah Barbie tersebut.

¨ Bagaimana peserta didik mengatasi hal ini ?

¨ Apakah peserta didik membaca buku tersebut serta bingung dan tidak jelas sampai ia melihat ilustrasinya dan mulai menyambung bagian-bagiannya ?

¨ Ataukah sebaliknya, peserta didik merasa bingung dengan rangkaian bagian-bagian itu ? Tetapi setelah peserta didik membaca buku petunjuknya semuanya menjadi sangat jelas?

v Jika peserta didik membaca ilustrasi dan akhirnya menjadi jelas bagi peserta didik, maka kemungkinan besar peserta didik tergolong pelajar Visual.

v Karena pendidik tahu tipe belajar siswa yaitu bertipe belajar visual, maka alangkah baiknya pendidik menjelaskan materi dengan metode ceramah, dengan menggunakan slide atau dengan menggunakan modul.

v Jika peserta didik tidak dapat menyelesaikan dalam merangkai bagian-bagian tersebut melalui buku petunjuk ataupun melalui gambarnya, kemudian peserta didik menelpon temennya yang membaerikan hadiah tadi dan menjelaskannya melalui telepon bagaimana cara merankainya dan akhirnya menjadi jelas, maka ini berindikasi bahwa peserta didik tergolong pelajar auditif.

v Karena peserta didiknya bertipe belajar auditif, maka sebaiknya pendidik pada saat mengajar menggunakan metode ceramah, memutarakan kaset, atau divariasikan antara metode ceramah dengan tanya jawab.

v Jika terlihat peserta didik dalam memulai penyelesaian dengan bagian-bagian tersebut secara fisik, mungkin peserta didik tergolong pelajar taktil. Dalam hal ini pendidik harus banyak menggunakan metode demonstrasi disamping metode ceramah atau divariasikan dengan metode latihan keterampilan.

III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat mengajar.

2. Tipe belajar peserta didik perlu diketahui oleh pendidik, melalui observasi agar pendidik dapat menyesuaikan metode apa yang akan diterapkan pada saat mengajar.

3. Tipe belajar siswa berbeda-beda, karena banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya : lingkungan tempat tinggal, keluarga, orang tua, dan sebagainya.

4. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran (pembelajaran) selalu berfikir bagaimana murid-muridnya, apakah murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan, apakah murid mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan kematangan anak, dan sebagainya.

B. Saran

1. Metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan tipe belajar siswa agar apa yang disampaikan dapat dicerna, dikuasai, dan dimengerti oleh peserta didik.

2. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta didiknya.

3. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar yang bervariasi.

4. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia keguruan, hendaknya secara antusias untuk meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan , khususnya yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan.

* ) Materi ini pernah disampaikan pada Diskusi Mahasiswa Program Pascasarjana
UHAMKA angkatan 8.
** ) Penulis adalah Mahasiswa S-3 Pada PPs Universitas Negeri Yogyakarta
Angkatan IV Tahun 2004..


CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.

di nukil dari: http://re-searchengines.com/art05-65.html

Category: | 0 Comments

Celoteh Ringan Seorang Guru Madrasah
Kumpulan Berita Terkait Pengumuman Hasil Ujian Nasional (UN) Tingkat SMP/MTs Tahun 2010


dengan 7 komentar
Pengantar

Bukan demi maksud mengejar traffic atau hit stats sehingga saya menuliskan kembali postingan dengan tema Pengumuman Hasil Ujian Nasional (UN) Tingkat SMP/MTs Tahun 2010 namun lebih karena upaya dokumentasi berita saja. Karena jika tidak disimpan dalam suatu wadah tersendiri khawatir malah akan kelupaan untuk mencari berita terkait di masa mendatang. Lagipula sebenarnya tidak sulit kok untuk mengumpulkan berita-berita seputar pengumuman hasil UN tingkat SMP/MTs tahun 2010 tersebut mengingat begitu banyak kini koran online yang menuliskan berita tersebut. Harian Kompas online saya kira merupakan salahsatu sumber referensi utama saya dalam pengambilan berita karena selalu menyajikan berita seputar dunia pendidikan terupdate bahkan dalam hitungan jam. Mengingat juga salahsatu fungsi blog ini ialah mendokumentasikan segala tulisan, berita atau artikel seputar dunia pendidikan (terutama dunia guru dan madrasah) yang dipandang memiliki nilai manfaat dan dapat dijadikan bahan kajian berikutnya baik oleh pemilik blog ini maupun oleh pengunjung yang kebetulan nyasar di blog sini.

Banyak hal menarik sebenarnya yang bisa didiskusikan mengenai fenomena pengumuman hasil ujian nasional (UN) SMP/MTs tahun 2010 ini, mulai dari jumlah statistik angka kelulusan per daerah, terutama berita yang menyebutkan sejumlah daerah yang pada tahun sebelumnya angka kelulusannya tinggi tiba-tiba tahun ini merosot, demikian pula sebaliknya. Juga mencermati berita tentang dominasi para siswi perempuan yang menempati peringkat 3 besar perolehan hasil ujian nasional tingkat SMP/MTs tahun 2010 ini. Namun untuk tidak mengurangi kenyamanan pembaca dan pemburu berita seputar Pengumuman Hasil Ujian Nasional Tingkat SMP/MTs Tahun 2010 ini, saya persilakan anda sendiri yang menentukan selera anda dan mungkin merefleksikan sendiri berita-berita yang disajikan dalam blog ini. Sengaja berita-beritanya saya kutip utuh agar para pembaca tidak perlu membuka tab-tab baru lagi untuk mengklik link yang saya cantumkan dan sekaligus agar memudahkan pengunjung untuk menyimpan halaman ini dan membacanya kembali secara offline demi penghematan waktu dan pulsa (bagi yang mengakses via hp). Selamat menyimak….

35.567 Siswa SMP di Jatim Tak Lulus UN

Kamis, 6 Mei 2010 | 11:56 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com – Sebanyak 35.567 siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), baik negeri maupun swasta, di Jawa Timur tidak lulus ujian nasional (UN) Tahun 2010.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Suwanto, di Surabaya, Kamis (6/5/2010), mengatakan, persentase ketidaklulusan UN SMP/MTs tahun ini mencapai 6,66 persen dari jumlah peserta sebanyak 534.011 siswa.

“Dibandingkan UN SMP/MTs tahun lalu, angka ketidaklulusan tahun ini lebih tinggi,” katanya di kantor Disdik Jatim, Jalan Genteng Kali, Surabaya.

Tahun lalu, angka ketidaklulusan UN siswa SMP/MTs tercatat 15.974 siswa atau sekitar 3,13 persen dari total peserta sebanyak 510.033 siswa.

“Dengan demikian, angka ketidaklulusan siswa SMP/MTs tahun ini meningkat 3,52 persen dibandingkan tahun lalu,” papar Suwanto.

Ketidaklulusan tertinggi terjadi pada SMP Terbuka yang persentasenya mencapai 28,92 persen, sedangkan SMP dan MTs, masing-masing sebesar 7,01 persen serta 4,71 persen.

Dari 288 SMP Terbuka di Jawa Timur, sebanyak 27 lembaga di antaranya 100 persen siswanya tidak lulus UN tahun ini.

Sementara itu, dari 1.461 SMP di Jatim, terdapat 23 lembaga yang 100 persen siswanya yang tidak lulus UN, sedangkan MTs yang berjumlah 1.754 lembaga, terdapat empat lembaga siswanya tak lulus UN 100 persen.

Bagi siswa SMP yang tak lulus UN diberi kesempatan mengikuti UN ulang pada 17-20 Mei 2010, atau sepekan setelah pelaksanaan UN ulang untuk SMA, MA, dan SMK.

“Mengenai tempat UN ulang, kami serahkan sepenuhnya kepada ketua panitia penyelenggara UN kabupaten/kota,” tutur Suwanto menjelaskan.

Untuk soal-soal UN ulang akan didistribusikan pihak Disdik Jatim ke setiap polres/polresta dengan didampingi aparat kepolisian, pengawas, dan tim dari Institut Tekonologi Sepuluh Nopember atau ITS Surabaya.

Kemudian, pihak penyelenggara mengambil soal-soal UN tersebut ke kantor kepolisian dengan didampingi aparat kepolisian setempat.

“Demikian juga untuk pengembalian, kami meminta disatukan lebih dulu di polres/polersta sebelum petugas kami mengambilnya,” ucapnya menegaskan.

Suwanto mengimbau para siswa SMP/MTs tidak perlu melakukan konvoi dan coret-coret seragam sekolah untuk merayakan kelulusan UN.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/06/11562240/35.567.Siswa.SMP.di.Jatim.Tak.Lulus.UN
Foke Prihatin, 39.179 Siswa SMP Gagal UN

Kamis, 6 Mei 2010 | 16:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Rendahnya tingkat kelulusan ujian nasional (UN) tingkat sekolah menengah atas (SMA) kembali terulang di tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Sebanyak 28,97 persen atau 39.179 siswa SMP dinyatakan tidak lulus UN. Bahkan angka kelulusan UN tahun ini mengalami penurunan cukup tajam dibanding tahun lalu yang mencapai 99,8 persen.

Data Dinas Pendidikan DKI Jakarta menyebutkan, dari 135.236 peserta UN SMP tahun 2010, hanya sebanyak 95.057 siswa atau 71,03 persen yang dinyatakan lulus. Sedangkan sisanya dinyatakan tidak lulus.

Rinciannya, dari total peserta UN SMP sebanyak 118.764 siswa, yang dinyatakan lulus 88.272 siswa (74,33 persen) dan yang tidak lulus sebesar 30.492 siswa (25,67 persen). Sedangkan dari 1.702 peserta UN SMP Terbuka, yang dinyatakan lulus hanya sebanyak 375 siswa (22,03 persen) dan tidak lulus 1.327 siswa (77,97 persen). Sementara dari 14.770 peserta UN Madrasah Tsanawiyah, 7.410 siswa (50,17 persen) dinyatakan lulus dan sebanyak 7.360 siswa (49,83 persen) tidak lulus.

Tingkat kelulusan UN SMP tahun ini lebih rendah dibanding tahun 2009. Dari 132.956 peserta UN, yang dinyatakan lulus 132.697 atau 99,805 persen. Sedangkan yang tidak lulus sebanyak 259 siswa atau 0,195 persen.

Sedangkan nilai rata-rata hasil UN untuk empat mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia 7,23, Bahasa Inggris 6,37, Matematika 6,31 dan IPA dengan nilai rata-rata 6,46. Siswa yang mendapatkan nilai 10 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ada 14 siswa, mata pelajaran Bahasa Inggris ada 271 siswa, mata pelajaran Matematika ada 1.150 siswa, dan IPA 1.406 siswa.

Rendahnya tingkat kelulusan UN SMP tahun ini membuat Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo prihatin. Fauzi Bowo mengatakan, meskipun pengumuman resmi dari Kementerian Pendidikan Nasional akan dikeluarkan pada Kamis sore (6/5/2010), namun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerima prediksi angka kelulusan UN SMP DKI Jakarta yaitu sebesar 71,03 persen. Sedangkan pengumuman kelulusan UN SMP 2010 akan diumumkan secara resmi kepada siswa peserta UN melalui SMS, telepon, website, email, surat via pos, kurir, dan ditempel pada papan pengumuman sekolah pada hari Jumat (7/5/2010), pukul 10.00.

“Saya mendapat kabar, Jakarta ada dalam posisi yang buruk. Saya prihatin dan tidak gembira dengan hasil ini,” kata Fauzi Bowo usai meresmikan 33 gedung sekolah di SMAN 77, Jakarta, Kamis (6/5/2010).

Fauzi Bowo mengakui hasil itu menunjukkan adanya penurunan angka kelulusan yang cukup signifikan. Artinya, ada puluhan ribu siswa SMP yang akan mengikuti UN ulangan yang akan digelar di 22 sub rayon pada 17-20 Mei 2010. Kendati demikian, Fauzi menegaskan angka kelulusan tersebut belum final untuk menggambarkan kualitas pendidikan di DKI Jakarta.

“Jangan langsung bilang hasil ini sudah final. Saya tegaskan angka ini belum final, masih bersifat sementara. Karena siswa yang tidak lulus masih diberi kesempatan untuk mengikuti UN ulangan,” ujarnya.

Namun, hasil UN utama itu merupakan peringatan keras bagi Pemprov DKI untuk melakukan pengkajian dan evaluasi UN secara serius. Agar mendapatkan formula tepat untuk mendongkrak angka kelulusan pada saat UN ulangan mendatang.

Untuk mendapatkan formula itu, Fauzi meminta seluruh stakeholder pendidikan melakukan evaluasi dan mengkaji secara mendasar, bukan mencari kambing hitam penyebab penurunan kelulusan. Pengkajian dan evaluasi melibatkan dewan pendidikan, Dinas Pendidikan DKI, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DKI Jakarta, serta orangtua yang tergabung dalam Komite Sekolah. Diharapkan hasil evaluasi dan kajian itu dapat dijadikan bahan masukan untuk perumusan dan penyesuaian kebijakan di bidang pendidikan yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat ini.

“Saya sudah minta hal itu dilakukan sejak adanya tanda-tanda yang menunjukkan angka kelulusan SMA menurun. Saya mengajak seluruh stakeholder pendidikan untuk berpikir secara komprehensif dan integral untuk mengkaji dan memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki untuk menjamin tingkat kompetitif pendidikan di ibu kota,” ungkapnya. Dengan begitu, Pemprov DKI dapat meningkatkan unsur kompetitif siswa DKI Jakarta agar bisa tetap berada di garis depan dibandingkan siswa provinsi mana pun di Indonesia.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, mengatakan akan melakukan analisis terkait komponen-komponen apa saja yang menjadi penentu dari hasil proses belajar yang diaktualisasikan dalam UN. “Analisis harus tajam dan harus selesai sebelum UN ulangan. Masih ada 10 hari lagi untuk mempersiapkan siswa yang belum lulus,” ujar Taufik.

Untuk mempersiapkan siswa menghadapi UN ulangan, Taufik sudah menginstruksikan sekolah agar memperhatikan kondisi psikis siswa sebelum membimbing mereka dalam kegiatan remedial (penguatan materi). Dia meminta sekolah melakukan pendekatan perorangan terhadap siswa dan orangtua agar tidak putus asa saat mengetahui anaknya tidak lulus UN. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan remedial setiap individu agar lebih efektif.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/06/16552537/Foke.Prihatin..39.179.Siswa.SMP.Gagal.UN
9,73 Persen Siswa SMP Harus Mengulang

Kamis, 6 Mei 2010 | 17:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Sekitar 9,73 persen dari total peserta Ujian Nasional Utama SMP/MTS/SMPT atau 350.798 peserta dinyatakan tidak lulus, sehingga harus mengikuti ujian ulang. Sedangkan jumlah peserta yang lulus persentasenya mencapai 90,27 persen atau sekitar 3.254.365 peserta.

Demikian disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh saat jumpa pers di Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta, Kamis (6/5/2010). “Kalau yang harus mengulang, tidak perlu berkecil hati, masih ada kesempatan untuk ujian ulang 17 sampai 20 Mei,” kata Nuh.

Jumlah total peserta ujian SMP/MTs/SMPT yang harus mengulang tersebut terdiri dari 225.552 siswa sekolah negeri dan 125.000-an siswa sekolah swasta, dengan siswa yang terbanyak mengulang berasal dari Nusa Tenggara Timur.

“Yang penting, masih ada sekolah yang 0 persen kelulusannya. Nggak ada yang lulus 561 sekolah, dan yang lulus 100 persen 17.852 sekolah,” tambah Nuh.

Meskipun demikian, lanjut Nuh, angka kelulusan yang disampaikan hari ini hanyalah angka sementara yang belum dapat dievaluasi karena masih ada peserta ujian yang diperkenankan mengulang.

Adapun peserta ujian nasional SMP yang gagal di ujian utama kali ini harus mengikuti ujian ulang yang digelar 17-20 Mei dengan pengumuman kelulusan pada 25 Juni. “Kualitas soal, derajat kesulitan, tidak ada bedanya antara ujian utama dengan ujian ulang,” imbuhnya.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/06/17453152/9.73.Persen.Siswa.SMP.Harus.Mengulang
Wah… 561 SMP Lulus 0 Persen

Kamis, 6 Mei 2010 | 18:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Sebanyak 561 sekolah menengah pertama atau sekitar 1,31 persen dari total SMP di Indonesia dinyatakan lulus 0 persen. Artinya, semua siswa peserta ujian dari sekolah-sekolah tersebut tidak lulus semua dalam ujian nasional utama.

Demikian disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh dalam jumpa pers di Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta, Kamis (6/5/2010) “Masih ada sekolah yang 0 persen kelulusannya. Nggak ada yang lulus ada 561 sekolah. Dari 561 sekolah ini ada 9.283 siswa atau 0,26 persen dari seluruh peserta ujian,” katanya.

Sekolah dengan tingkat kelulusan 0 persen tersebut paling banyak terdapat di Jawa Tengah, yakni 105 sekolah. Sedangkan di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Selatan hanya 1 sekolah.

Sebaliknya, sebanyak 17.852 sekolah atau 41,64 persen dari total SMP di Indonesia dinyatakan lulus 100 persen. “Di sekolah yang lulus 100 persen itu ada 1.116.761 atau 31,32 persen siswa,” lanjut Nuh.

Sekolah-sekolah dengan tingkat kelulusan 100 persen itu paling banyak terdapat di Jawa Barat, yakni 3.423 sekolah. Bagi sekolah-sekolah dengan tingkat kelulusan 100 persen, kementrian pendidikan nasional akan memberikan penghargaan untuk memotivasi sekolah tersebut. Sedangkan untuk sekolah dengan tingkat kelulusan 0 persen, Mendiknas akan memberikan pembinaan.

Sebelumnya, sekitar 9,73 persen atau 350.798 peserta ujian nasional utama SMP dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang UN pada 17-20 Mei. Siswa yang harus mengulang terbanyak ada di provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/06/18430817/Wah….561.SMP.Lulus.0.Persen
RANGKING UN SMP
Tulungagung dan Denpasar Peringkat Satu

Kamis, 6 Mei 2010 | 18:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – SMP Negeri 1 Tulungagung, Jawa Timur, dan SMP Negeri 1 Denpasar, Bali, bersama-sama menduduki rangking pertama dalam daftar 102 besar SMP/sederajat yang mencapai kelulusan 100 persen pada ujian nasioal (UN) 2010. Demikian data dari Kementrian Pendidikan Nasional RI yang dikeluarkan Kamis (6/5/2010) sore tadi.

Peserta UN utama di SMP Negeri 1 Tulungagung sebanyak 394 siswa dan lulus seratus persen dengan nilai rata-rata 9,38. Sementara di SMP 1 Denpasar, siswa yang mengikuti UN sebanyak 292 dan lulus seratus persen dengan rata-rata nilai mencapai 9,38 atau sama dengan pencapaian siswa SMP Negeri 1 Tulungagung.

Dipaparkan sesuai data tersebut, secara berurutan atau peringkat sekolah-sekolah yang masuk dalam daftar 10 besar sekolah dengan kelulusan 100 persen tahun ini antara lain adalah:

* 1. SMP Negeri 1 Tulungagung, (Tulungagung, Jawa Timur)
* 2. SMP Negeri 1 Denpasar, (Denpasar, Bali)
* 3. SMP Singapore National Academy Waru (Sidoarjo, Jawa Timur)
* 4. Mts Tanfa’ul Ulum Kapungrembug (Lamongan, Jawa Timur)
* 5. Mts Islami Sungai Jepun (Indragiri Hilir, Riau)
* 6. Mts Al Islahiyah Binjai (Binjai, Sumut)
* 7. SMP Abdi Negara (Lamongan, Jawa Timur)
* 8. Mts Swasta Zending Islam Indonesia (Medan, Sumut)
* 9. SMP Negeri 5 Yogyakarta (Yogyakarta, DIY)
* 10. SMP Negeri 2 Sei Kapayang Satu Atap (Asahan, Sumut)

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/06/18044551/Tulungagung.dan.Denpasar.Peringkat.Satu
RANGKING UN SMP
Siswi SMP 1 Karanganyar Peringkat Satu

Kamis, 6 Mei 2010 | 18:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Fitriyan Dwi Rahayu, siswi SMP Negeri 1 Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah, menduduki rangking pertama dalam daftar 5 besar siswa/siswi yang mencapai nilai rata-rata tertinggi pada ujian nasional (UN) SMP tahun 2010 ini. Fitriyan Dwi Rahayu memiliki rata-rata nilai 9,95.

Demikian data Kementrian Pendidikan Nasional RI yang dirilis Kamis (6/5/2010) sore tadi di Kemendiknas, Jakarta. Namun, Fitriyan tidak sendiri. Karena dengan nilai rata-rata yang sama, yaitu 9,95, dua siswi asal Bali, yaitu Ni Made Yuli Lestari (SMP Negeri 1 Gianyar) dan Ni Kadek Indra Puspayanti (SMP Negeri 1 Abiansemal) juga berhak menduduki peringkat teratas tersebut.

Sementara itu, rangking kedua diduduki Syifasari Diennabila, siswi SMP Negeri 30 (Jakarta Utara, DKI Jakarta) dengan nilai rata-rata 9,90, rangking ketiga oleh Ivan Kurniawan dari SMP Susteran Purwokerto (Banyumas, Jateng) dengan nilai rata-rata 9,89, peringkat empat oleh Nindhita Putrie Prabaswari dari SMP Negeri 115 (Jakarta Selatan, DKI Jakarta) dengan nilai rata-rata 9,85, rangking lima oleh Nania Marli dari SMP Tarakanita 3 (Jakarta Selatan, DKI Jakarta) dengan nilai rata-rata 9,84.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/06/18354099/Siswi.SMP.1.Karanganyar.Peringkat.Satu
Hebatnya Pelajar-pelajar Perempuan itu..

Kamis, 6 Mei 2010 | 20:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengaku bangga dan memuji para pelajar perempuan atau siswi SMP yang mendominasi perolehan prestasi di ujian nasional (UN) SMP tahun ini. Kebanggan dan pujian Mendiknas tersebut khususnya diberikan kepada tiga siswi daerah yang memperoleh nilai rata-rata UN tertinggi.

Demikian kebanggan dan pujian tersebut diungkapkan kepada Mendiknas di hadapan para wartawan di Jakarta, Kamis (6/5/2010). Ketiga siswa peraih peringkat teratas UN tersebut antara lain Fitriayan Dwi Rahayu, siswi SMP Negeri 1 Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah, Ni Made Yuli Lestari dari SMP Negeri 1 Gianyar, Bali, serta Ni Kadek Indra Puspayanti, siswi SMP Negeri Abiansemal, Badung, Bali, dengan rata-rata nilai 9,95.

“Mereka perempuan, dari kota kecil, bukan dari Semarang atau Jakarta. Itu menunjukkan bahwa yang namanya prestasi tidak serta merta didominasi oleh pelajar dari kota-kota besar. Buktinya, yang jadi juara bukan dari ibukota, tapi di kabupaten kota,” kata Nuh.

Bagi ketiga siswa berprestasi tersebut, lanjut Nuh, Kemendiknas akan memberikan penghargaan demi memotivasi siswa dan sekolah tempat siswa tersebut menerima pendidikan. Selain itu, lanjut Nuh, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berencana akan menyampaikan ucapan selamat kepada kepala sekolah ketiga siswi tersebut secara langsung.

“Mudah-mudahan Presiden akan telepon langsung ke kepala sekolah masing-masing. Kami pun akan memberikan penghargaan bagi sekolah terbaik,” ujarnya.

Menurut data Kemendiknas, pada UN SMP tahun 2010 ini lebih banyak siswi atau pelajar perempuan yang memeroleh nilai tertinggi dibanding laki-laki. Dari deretan 117 siswa teratas dengan nilai tertinggi, sebanyak 65,25 persennya atau sekitar 74 pelajar adalah perempuan. Sementara pelajar laki-laki hanya 43 siswa atau sekitar 36,75 persen.

Adapun siswa-siswi di jajaran top 117 dengan nilai tertinggi 96 di antaranya berasal dari SMP Negeri, sedangkan 21 lainnya di sekolah swasta. Jumlah pelajar SMP yang berprestasi itu terbanyak berasal dari sekolah di Bali, yang mencapai 30 orang siswa.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/06/20060593/Hebatnya.Pelajar.pelajar.Perempuan.itu..
Ada 1.600 Siswa SMP Balikpapan Gagal Ujian Nasional

Kamis, 06 Mei 2010 | 13:51 WIB

ANTARA/Budi Afandi

TEMPO Interaktif, Balikpapan – Pemerintah Kota Balikpapan Kalimantan Timur menyatakan sedikitnya 1.600 siswa sekolah menengah pertama (SMP) – MTs dinyatakan gagal dalam ujian nasional tahun ini. Jumlah tersebut sebanyak 20 persen dari keseluruhan total 8.179 jumlah peserta UN SMP-MTs Balikpapan.

“Ada 20 persen yang dinyatakan gagal,” kata Wakil Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendy, Kamis (6/5).

Sebanyak 8.179 siswa SMP-MTs Balikpapan sudah mengikuti UN sesuai standar Badan Nasional Standar Pendidikan. Para siswa di uji kemampuannya dalam empat mata pelajaran dasar yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika.

Rizal mengatakan, siswa SMP yang gagal UN didominasi sekolah-sekolah negeri yang notabene memiliki siswa berprestasi. Dia menyebutkan sejumlah sekolah negeri yang tinggi angka kegagalan UN yaitu SMP 8 dan SMP 6 Balikpapan.

Sebelumnya, dalam pengumuman UN SMA/SMK, Rizal mengatakan kegagalan para siswa yang cukup tinggi sebanyak 1.313 siswa. Kegagalan siswa Balikpapan didominasi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) hingga 34 persen dari total 3.312 peserta.

Kegagalan siswa SMK Balikpapan disebabkan adanya mata ujian baru UN yaitu teori dan praktek kejuruan yang baru dicoba pada tahun ini. Mata ujian teori dan praktek kejuruan, belum lazim dipergunakan dalam penyelenggaraan UN sebelumnya.

Sehubungan tingginya tingkat kegagalan UN SMP/SMA/SMK, Rizal akan melakukan evaluasi menyeluruh sehubungan proses belajar mengajar sekolah di Balikpapan. Dia mengaku akan memanggil Dinas Pendidikan Balikpapan dan sekolah bersangkutan untuk menelaah persiapan UN di masing masing tenaga pengajarnya.

Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/05/06/brk,20100506-245987,id.html
Sebanyak 71 Ribu Siswa SMP di Jateng Harus Ujian Ulangan

Kamis, 06 Mei 2010 | 17:28 WIB

TEMPO Interaktif, Semarang – Dinas Pendidikan Nasional Jawa Tengah menyatakan, tingkat kelulusan peserta ujian nasional tingkat SMP di Jawa Tengah tahun ini hanya 85,09 persen. Dari 512.653 siswa, 71.805 di antaranya dinyatakan tak lulus. “Mereka harus mengikuti ujian nasional susulan pada 17-20 mei nanti,” kata Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah Kunto Nugroho, Kamis (6/5). Pengumuman resmi kelulusan akan disampaikan oleh masing-masing sekolah secara serempak Jumat (7/5).

Siswa yang harus mengulang adalah 52.946 dari SMP, 14.737 dari MTs dan 4.122 dari SMP terbuka. Dibanding tahun lalu, tingkat kelulusan ini menurun. Tahun lalu, jumlah peserta ujian nasional tingkat SMP di provinsi ini mencapai 504.315 orang. Jumlah siswa yang lulus sebanyak 470.202 siswa (87,64 persen). Siswa yang tidak lulus sebanyak 34.113 siswa (12,36 persen).

Meski demikian, Kunto menolak jika dikatakan persentasi kelulusan kali ini menurun. Pasalnya, mereka yang tidak lulus, masih diberi kesempatan mengikuti ujian nasional ulangan. Jika pada ujian nasional ulangan tak lulus, mereka masih diperbolehkan mengikuti ujian persamaan. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang tak diberlakukan ujian nasional ulangan.

Jika pada ujian nasional tingkat SMA, nilai siswa banyak yang jatuh pada ujian Bahasa Indonesia, tidak demikian halnya dengan ujian nasional tingkat SMP. Mata ujian yang paling banyak tak lulus adalah Bahasa Inggris sebanyak 36.451 siswa. Matematika sebanyak 36.020 siswa, IPA sebanyak 13.843 serta Bahasa Indonesia sebanyak 5.123 siswa. “Siswa hanya wajib mengulang pelajaran yang tak lulus saja,” tambah Kunto.

Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/jogja/2010/05/06/brk,20100506-246100,id.html
Di Kota Pelajar, Sepuluh Ribu Siswa SMP Tak Lulus UN

Kamis, 06 Mei 2010 | 19:07 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta- Siswa SMP,MTs/SMPT di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak lulus pada ujian nasional kemarin sebanyak 21,98 persen atau 10.800 siswa dari total 49.126 yang mengikuti ujian 2010. Sebanyak tujuh sekolah siswanya tidak lulus semua.

Kepala bidang standarisasi pendidikan dan perencanaan Dinas Pendidikan Provinsi DIY, Baskara Aji mengakui prosentase siswa yang lulus tahun lalu lebih banyak dibandingkan tahun ini. “Tahun lalu yang lulus 93,46 persen. Tapi hasil ujian hari ini kan belum final, jadi kami masih berharap angka tidak lulusnya tidak lebih dari tahun lalu,” kata Baskoro di Gedung DPRD DIY, Kamis, (6/5) 10.800 siswa yang tidak lulus itu masih diberi kesempatan ujian ulangan pada 17-20 Mei 2010.

Merosotnya nilai ujian nasional tahun lalu juga terlihat dari banyaknya sekolah yang siswanya gagal dalam ujian. Baskoro mengatakan tahun ini ada 7 sekolah dari 514 sekolah yang semuanya tidak lulus. “Tahun lalu cuma empat sekolah,” katanya. Sementara 27 sekolah si DIY, siswanya lulus semua. Wilayah Sleman, merupakan prosentase terbesar siswa tidak lulus tahun ini dengan capaian 24,08 atau 3007 siswa dari 12.490 siswa. Kota Yogyakarta di urutan kedua prosentase ketidaklulusan dengan angka 21,55 persen atau 1.763 siswa.

Urutan ketiga adalah Kulonprogo dengan prosentase ketidaklulusan 21,36 atau 1.391 siswa. Gunungkidul berada di urutan keempat dengan prosentase tidak lulus 21,19 persen dan jumlah tidak lulus 2.237. Terakhir, Bantul dengan prosentase tidak lulus 21,1 persen dari jumlah peserta 11.386 siswa atau tidak lulus 2.402.

Sementara itu, Dinas Pendidikan Provinsi DIY diminta memaparkan hasil evaluasi di Gedung DPRD DIY bersama anggota DPRD Kabupaten/Kota se-DIY mengenai nilai ujian SMA. Sadar Narimo mempertanyakan target siswa lulus ujian ulangan yang akan berlangsung pada (10/5). “Mestinya Dinas Pendidikan punya target untuk kelulusan ujian ulangan ini,” kata sadar. Atas pertanyaan itu, BAskoro mengatakan mereka tidak punya target. Hanya saja, mereka punya harapan siswa yang tidak lulus tahun ini paling tidak angkanya sama dengan tahun lalu. “Kalau tahun lalu angkanya 6,4 persen, maka harapannya siswa yang tidak lulus sama dari tahun lalu,” kata Baskoro.

Arif Kurniawan, Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Sleman menilai anjloknya nilai ujian SMA karena kesiapan para guru. Kedua sertifikasi guru menyebabkan mereka tidak fokus mendampingi murid. “Mereka harus mengurusi berkas sertifikasi dan mesti mengajar di sekolah lain untuk memenuhi mengajar selama 24 jam,” kata Arif.

Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/jogja/2010/05/06/brk,20100506-246124,id.html
Ada 4.405 Siswa SMP Sulawesi Tengah Tak Lulus

Kamis, 06 Mei 2010 | 21:45 WIB

TEMPO Interaktif, Palu – Sebanyak 4.405 siswa atau 11,18 persen dari total 39.395 peserta Ujian Nasional tingkat SMP/sederajat di Sulawesi Tengah dinyatakan tidak lulus. Angka ketidaklulusan tersebut lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 4.773 siswa atau 12,94 persen.

Kepala Dinas Pendidikan Daerah Sulteng Abubakar Ahmahdali Kamis malam (6/5) menyatakan Kabupaten Tojo Una-Una tercatat sebagai daerah dengan persentase siswa tidak lulus tertinggi yakni 25,76 persen atau 501 siswa dan 1.945 peserta UN.

Persentase terendah ditempati Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) yakni 2,88 persen atau 77 siswa dari 2.673 peserta UN di daerah pulau ini. Selengkapnya tingkat ketidaklulusan per kabupaten adalah, Palu 4,62 persen, Donggala 6,95 persen, Banggai 7,6 persen, Morowali 10,38 siswa, Tolitoli 12,19 persen, Buol 12,42 persen, Parigi Moutong 13,07 persen, Poso 18,38 persen, dan Sigi 20,95 persen.

Abubakar Ahmadali menambahkan sebanyak lima sekolah seluruh siswanya yang mengikuti UN dinyatakan lulus 100 persen, antara lain SMP Model Madani Palu, SMP Negeri Satu Atap Palu, SMP Negeri 2 Luwuk Timur, dan SMP Alkhairaat Parigi. “Kita bersyukur ada peningkatan meski sedikit,” katanya.

Terdapat empat peserta UN mendapat nilai sempurna 10 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 20 siswa di mata pelajaran Bahasa Inggris, 15 siswa di mata pelajaran matematika, dan mata pelajaran IPA 28 siswa.

Bagi siswa yang gagal UN dapat mengikuti ujian ulangan pada tanggal 17-20 Mei mendatang. Sebelumnua mereka mengikuti ujian nasional tingkat SLTP yang berlangsung pada 29 Maret hingga 1 April 2010. Di Palu, UN diikuti sebanyak 5.868 pelajar SMP/MTs.

Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/05/06/brk,20100506-246155,id.html

sumber:http://izaskia.wordpress.com/

Category: | 0 Comments

ADABUL MU’ASYAROH
Karya: K.H. Achmad Yasin Asmuni



MENGENAL PENULISNYA

K.H. Achmad Yasin Asmuni adalah Pengasuh Ponpes Hidayatut Thullab, Dusun Petuk, Desa Poh Rubuh, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri
Sejak tahun 1993 sampai sekarang Pondok Pesantren yang berada di lereng Gunung Wilis, Kabupaten Kediri itu telah menerjemahkan 115 judul kitab kuning ke dalam Bahasa Jawa

MENGENAL KANDUNGAN KITAB
Secara Garis Besar, Kitab “Adab Al-mu’asyarah” Berisi :
Memelihara Keharmonisan Keluarga
Hak dan kwajiban suami dan istri
Nasehat-nasehat untuk mempelai berdua

CATATAN KH. ACHMAD YASIN
Bahasa Indonesia hanya bisa digunakan untuk menyimpulkan isi kandungan (makna murad) di dalam kitab kuning. "Tapi kalau digunakan untuk memberikan makna harfiah secara sempit seperti yang lazim dipelajari santri salaf belum bisa,"
POTRET KITAB
Kitab “Adab al-Mu’asyarah” ditulis dengan tanpa BAB dan Pasal. Dari awal hingga akhir pembahasan, ditulis dengan gaya mengalir; dan sepintas terkesan kurang sistematis. Hal ini pada suatu ketika, bisa agak menyulitkan orang yang mempelajari atau ingin mengetahui kandungannya.


TUJUH LANGKAH, MEMBINA KEHARMONISAN KELUARGA
Bersikap baik pada istri
Jangan melewatkan hiburan, rekreasi bersama
Tidak berlebihan dalam memanjakan istri
Tidak berlebihan dalam mencemburui istri
Tidak berlebihan dalam memberi nafkah
Mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ibadah seorang laki-laki dan perempuan
Mengenal teori-teori bersetubuh yang baik


30 NASEHAT UNTUK MEMPELAI BERDUA
Seorang laki-laki hendaknya memperlihatkan kemauan dan pergaulan yang baik bersama istrinya, jangan sampai menuruti egonya sendiri, meski ia keturunan ningrat dalam lingkungan keluarganya.
Ingat, bahwa pasangan anda sangat membutuhkan perhatian anda kepadanya.
Belajarlah untuk sedikit berbicara dan banyak mendengarkan.




30 NASEHAT UNTUK MEMPELAI BERDUA
Pandai-pandailah menghargai wilayah prifasi pasangan anda.
Lakukan secara sedang-sedang saja dalam mengelola keuangan.
Jangan banyak cemberut dan mendiamkan pasangan seenaknya.
Tampillah serasi dengan pasangan anda, baik dalam penampilan atau perbuatan.

30 NASEHAT UNTUK MEMPELAI BERDUA
Jauhi pertengkaran dan sikap marah-marah.
Hati-hati dengan perceraian.
Jangan sesekali mencela atau menyakiti kerabat pasangan anda. “Pring sak dapur, diobahne siji, obah kabeh” “Kullu hisbin bimaa ladaihim faarikhuun”. “Air Deras Batu Bersibak”
Perhatikan hak-hak orang tua masing-masing, jangan abaikan mereka, karena larut menuruti kehendak pasangan.

30 NASEHAT UNTUK MEMPELAI BERDUA
Jadilah anda sebagai contoh untuk pasangan anda dalam berbakti kepada orang tua anda.
Hargai pasangan anda ! Jangan mudah tergoda dengan wanita lain di luar rumah ! Sekiranya anda tidak bisa berbuat adil, jangan sesekali berfikir untuk poligami.
Perlu diketahui oleh para wanita, bahwa poligami serta talaq adalah Syari’at Allah, maka janganlah mengingkari hal tersebut, karena ini urusan ‘aqidah.

30 NASEHAT UNTUK MEMPELAI BERDUA
Hendaknya anda memahami karakteristik pasangan anda dengan baik dan tempatkan dia sesuai dengan karakter yang dimilikinya.
Jangan sesekali mempertontonkan pertengkaran dengan pasangan di depan anak-anak.
Jadilah contah yang baik bagi anak-anak.
Berbaik sangka dan melakukan keseimbangan, tidak terkesan berjalan sendiri-sendiri “Rujal sentul, siji ngalor, siji ngidul”

30 NASEHAT UNTUK MEMPELAI BERDUA
Jagalah diri kamu dan keluarga kamu dari ancaman siksa neraka !
Jangan menceriterakan kekurangan pasangan di depan orang lain.
Lebih baik punya sedikit, tapi halal; dan janganlah mengharapkan yang lebih banyak, yang belum jelas statusnya.
Libatkan pasangan anda pada duniamu, sepanjang yang dapat diikuti olehnya.

30 NASEHAT UNTUK MEMPELAI BERDUA
Jangan sesekali marah-marah, apa lagi sampai menghina kepada pasangan anda di depan umum.
Jangan menuntut pasangan anda terhadap sesuatu yang bertentangan dengan karakter, tipologi dan kebiasaannya.
Carilah nafkah duniawi, seukuran yang dibutuhkan untuk kehidupan di akhirat.
Pasangan anda adalah belahan jiwa anda. “Garwo, sesigare nyowo”

30 NASEHAT UNTUK MEMPELAI BERDUA
. Pasangan anda adalah pakaian untuk anda, yang berfungsi
Sebagai penutup aurat.
Sebagai perhiasan.
Sebagai pelindung badan dari sengatan matahari, guyuran air hujan serta hembusan angin yang membahayakan.

ISTRI YANG EDIAL
Tipe seorang istri yang ideal adalah :
Selalu taat kepada suami dan Selalu tampil menyenangkan terhadap suami.
Memngelola dan memenej harta dengan baik.
Menjaga sifat malu dan harga diri keluarga.

TIGA B DALAM MEMILIH JODOH
BIBIT
lingkungan keluarga, atau nasab menurut bahasa arab, yang melahirkan dia.
BEBET
lingkungan pergaulan yang ikut serta membentuk kepribadian dia.
BOBOT
kenyataan, potensi, kwalitas yang ada pada dia saat ini dan yang akan di bawa ke masa akan datang.

EMPAT L DALAM MEMILIH JODOH

LI JAMALIHA, karena penampilan
 LI MALIHA, karena kekayaan
 LI NASABIHA, karena keturunan
 LI DINIHA, karena Agama

Dari empat alasan di atas, sebaiknya anda memilih jodoh berdasarkan alasan AGAMA. Maka selamatlah anda dunia dan akhirat.

38 NASEHAT UNTUK SEORANG ISTRI
KH. Ahmad Yasin bin Asmuni, membeberkan sebanyak 38 nasehat untuk seorang isteri, yang sebagiannya merupakat nasehat untuk suami juga sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Dari 38 nasehat tersebut, antara lain sebagai berikut :

38 NASEHAT UNTUK SEORANG ISTRI
Pandai-pandai menjaga diri, jangan suka mejeng di depan orang lain.
Pandai-pandai mengelola keuangan keluarga.
Perhatikan dengan baik kebutuhan-kebutuhan pasangan anda.
Terima dengan dengan baik penghasilan yang sedikit dan syukuri dengan baik pemberian yang banyak.


38 NASEHAT UNTUK SEORANG ISTRI
Janganlah engkau balas kegembiraan dan kesenangan pasangan anda dengan cemberut dan susah.
Janganlah memaksakan kehendak atau pendapat terhadap pasangan anda.
Berusahalah membuat pasangan anda senang dengan tidak selalu mengadu serta menceriterakan masalah-masalah yang menyusahkan.

38 NASEHAT UNTUK SEORANG ISTRI
Layanilah pasangan anda serta anak-anak anda dengan sepenuh kemampuan.
Ketika pasangan anda memasuki rumah, segeralah sambut dengan ramah, menyenangkan, dan jangan lupa ucapkan salam.
Pilihlah kalimat yang sebaik-baiknya, apabila ingin menyampaikan sesuatu terhadap pasangan anda.

Category: | 0 Comments

Sebuah Refleksi Pendidikan Untuk Masa Depan

Sebuah Refleksi Pendidikan Untuk Masa Depan
Oleh : Ubedilah Badrun

Sengaja tulisan ini dibuat untuk sekedar urun rembuk dalam rangka menyambut peringatan hari pendidikan nasional 2 Mei 2005. Hari dimana 116 tahun yang lalu lahir seorang tokoh yang kemudian segenap hidupnya dicurahkan untuk kepentingan pendidikan anak bangsa walau harus menerima resiko merasakan kerasnya penjara kolonial Belanda. Dia pernah membuat Belanda marah dengan tulisanya yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was. Dia adalah Ki Hajar Dewantara, anak Keraton yang tidak mau memakai embel-embel Raden di depan namanya. Ia menangis dan kemudian bergerak ketika melihat anak bangsa tidak bisa sekolah karena sekolah yang dibuat Belanda sangat diskriminatif dan cenderung hanya untuk orang-orang kaya. Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah untuk semua anak bangsa. Di sekolah inilah karakter kebangsaan anak bangsa di bentuk untuk masa depan bangsanya, sebuah kemerdekaan. Inilah salah satu titik penting, betapa pendidikan merupakan wahana yang paling strategis untuk membangun masa depan bangsa sebagaimana yang dicontohkan Ki Hajar Dewantara.

Kini, ketika kemerdekaan bangsa sudah lebih dari 59 tahun, persoalan pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak masalah dan bahkan mengalami keterpurukan. Banyak para ahli pendidikan mengemukakan bahwa keterpurukan bangsa Indonesia hari ini adalah akibat langsung maupun tidak langsung dari kesalahan kebijakan pemerintah Orde Baru(1966-1998) yang tidak peduli pada pendidikan, misalnya untuk sektor pendidikan hanya dianggarkan 7 % saja dari APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), padahal Malaysia dan Thailand pada waktu itu sudah menganggarkan lebih dari 20 % untuk pendidikan dari APBN nya. Persoalan anggaran ini meski tidak menjadi satu-satunya faktor tetapi keberadaanya memiliki dampak yang sangat besar bagi kemajuan bangsa.

Setelah runtuhnya rezim Orde Baru, dan kini Indonesia berada pada masa demokrasi yang mulai maju, berbagai masalah masih terus menghantui dunia pendidikan di Indonesia. Seperti yang dilaporkan Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berkantor pusat di Hongkong, mengumumkan hasil surveinya tentang penilaian mengenai kualitas pendidikan di kawasan Asia yang menempatkan Indonesia sebagai negara yang pendidikanya terburuk di kawasan Asia dan bahkan satu tingkat di bawah Vietnam. Selain itu kualitas sumber daya manusia Indonesia juga rendah sebagaimana dijabarkan dalam Human Development Index (HDI) pada tahun 2004 lalu.
Pada saat ini Indonesia menduduki peringkat 110 dari 173 negara, terburuk di Asia Tenggara. Variable yang digunakan dalam penghitungan HDI mencakup tiga bidang strategis pembangunan yaitu: pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Lalu, bagaimana kita mensikapi fenomena keterpurukan bangsa kita di atas? Sulit memang untuk merubah masalah bangsa yang jumlah penduduknya lebih dari 210 juta jiwa. Padahal kedepan bangsa kita akan menghadapi tantangan yang cukup berat, menyangkut kehidupan bangsa Indonesia secara nasional dan dalam kehidupan global diantara bangsa-bangsa di dunia.

Kunci utama bagi suksesnya pendidikan untuk masa depan bangsa adalah sejauhmana kita tetap optimis menatap masa depan, tanpa harus kehilangan rasionalitas kita untuk selalu mengoreksi diri dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Secercah optimisme kini sudah mulai nampak, misalnya bisa dilihat dari jumlah anggaran pendidikan yang akan dinaikan menjadi 20 % dari APBN. Tidak tangggung-tanggung kenaikan anggaraan pendidikan ini tertuang dalam amandemen UUD 1945. Meski hingga saat ini realisasinya masih belum nampak, tetapi optimisme akan terwujudnya amanah UUD 1945 itu harus terus dijaga. Apalagi kini bangsa kita menjadi bangsa yang Demokratis di mata dunia Internasional (setelah pemilu 2004 menjadi negera demokrasi terbesar setelah Amerika dan India), dan ini menjadi modal penting bagi identitas kemajuan sebuah bangsa.

Optimisme saja memang tidak cukup kalau tidak diikuti dengan langkah-langkah konkrit. Lalu, langkah konkrit apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita untuk masa depan ? Tentu jawabanya amat sangat banyak, tetapi penulis coba menjawabnya secara sederhana saja. Beberapa jawaban sederhana dibawah ini bisa juga sebagai refleksi untuk sama- sama kita renungkan.

Pertama, pendidikan itu tanggungjawab semua warga negara, bukan hanya tanggungjawab sekolah. Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga diandaikan ada warga negara yang tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka warga negara yang kaya atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan sekolah anak yang tidak beruntung itu. ( ingat ! akibat krisis yang berkepanjangan, jumlah anak putus sekolah pada tahun ini mencapai puluhan juta anak di seluruh Indonesia).

Kedua, penulis meyakini paradigma yang mengatakan bahwa "pendidikan itu dimulai dari keluarga". Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Keluarga adalah lingkungan yang paling pertama dan utama dirasakan oleh seorang anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Karena itu pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk karakter anak yang soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa-masa selanjutnya.

Ketiga, kurikulum pendidikan, metodologi pengajaran, sitem evaluasi dan kesejahteraan guru, juga adalah hal penting yang harus terus di perbaiki. Masalah kurikulum misalnya bisa dicermati dari padatnya kurikulum atau terlalu banyaknya pelajaran juga menjadi persoalan tersendiri yang seringkali menghambat kreatifitas guru mapun siswa. Penulis sebetulnya lebih setuju jika sekolah menerapkan sitem SKS ( Sistem Kredit Semester), dimana siswa diberikan kebebasan memilih mata pelajaran wajib dan pilihan dan ada ketentuan batas minimal jumlah kredit yang harus diselesaikan sehingga dinyatakan lulus suatu jenjang pendidikan tertentu.(khususnya untuk tingkat SMP dan SMA). Apalagi jika sistem SKS ini dipadukan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), mungkin akan lebih membuat siswa menikmati belajar. Masalah metodologi pengajaran juga perlu terus dikembangkan ( ini kewajiban guru). Sementara masalah sistem evaluasi juga perlu terus diperbaiki, seperti misalnya masalah Ujian Nasional yang hingga kini masih dipermasalahkan. Dan masalah kesejahteraan guru, ini juga perlu di cermati. Sebab, bagaimana mungkin guru akan asyik mengajar sementara urusan kesejahteraannya bermasalah. Atau bagaimana mungkin guru mengajar tidak gagap tehnologi dan informasi, sementara ia tidak punya uang untuk beli majalah, jurnal, buku-buku baru, apalagi beli komputer yang bisa akses dengan mudah ke internet!?. Karena itu kesejahteraan guru juga harus diperhatikan.

Keempat, untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi masa depan diperlukan juga ketegasan untuk menegakkan aturan-aturan maen pendidikan yang konsisten dan konsekuen. Sekolah seringkali tidak menghargai siswa yang belajar sungguh-sungguh, buktinya ada banyak siswa yang enggak belajar, malas-malasan, nilainya selalu merah, tapi naik kelas juga?! Pokoknya 100% selalu naik kelas. Ini kan sama artinya tidak menghargai anak yang sungguh-sungguh belajar.
Sebab yang santai-santai saja pasti naik kelas. Dan juga sekaligus tidak mendidik anak untuk belajar menghadapi resiko. Karena itu jangan heran jika mental manusia Indonesia cenderung enggak berani mengambil resiko, karena di sekolah tidak diajarkan untuk menghadapi resiko.?

Kelima, pendidikan itu tidak hanya untuk mencerdaskan anak dalam satu kategori kecerdasan, misalnya hanya kecerdasan intelektual (IQ) tetapi juga untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lainya. Seperti kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan rasa (EQ), dan kecerdasan ketahanmalangan (AQ), dan sebagainya. Atau para ahli psikologi menyebutnya sebagai Multiple Intelligence. Sebab, salah satu penyebab bangsa kita berlarut-larut dalam krisis juga karena bangsa kita miskin SQ atau tepatnya miskin ahlak. Karena itu hal-hal yang sifatnya spiritual juga menjadi sesuatu yang penting untuk terus di jaga dan dikembangkan melalui pendidikan. Termasuk juga membentuk semangat team work, pluralism, dan optimistik perlu dikembangkan di sekolah, misalnya bisa melalui kegiatan ekstrakurikuler, OSIS, dan kegiatan keagamaan. Itulah sebabnya Ki Hajar Dewantara sejak awal mendirikan sekolah Taman Siswa juga mengedepankan pendidikan yang memekarkan rasa.

Keenam, mulailah merubah dari diri sendiri. Sebab untuk kemajuan masa depan bangsa harus bisa dimulai dari diri sendiri. Tentu saja dengan terus meningkatkan kualitas diri. Bukankah kemajuan sebuah bangsa tidak bisa terwujud dengan perilaku santai dan bermalas-malasan !!!?.

Ubedilah Badrun, Pemerhati Pendidikan dan Praktisi Pendidikan. Saat ini tinggal di Tokyo dan mengajar di Tokyo Indonesian School.

POTRET DUNIA PENDIDIKAN
Menakar Sumber Daya Manusia Indonesia

Oleh Lidus Yardi

Bum! Dentuman bom atom yang jatuh di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang, pada tahun 1945 itu pun menjadi catatan sejarah dunia. Jepang porakporanda. Bertepatan dengan tahun yang sama di Indonesia, tepatnya 17 Agustus 1945, bangsa kita merayakan kemerdekaan sebagai tanda lepasnya dari tangan penjajahan. Negara Jepang hancur, Indonesia merdeka. Logika berbicara, negara yang cepat maju karena lebih awal berkesempatan membangun diri tentu bangsa kita, Indonesia. Api jauh dari panggang, realita menunjukkan fakta sebaliknya, saat ini Jepang lebih unggul membangun diri dan jauh meninggalkan Indonesia.

Kunci kesuksesan negara Jepang membangun diri adalah, peduli terhadap pembangunan Sumber Daya Manusia dengan cara memperhatikan pendidikan masyarakatnya. Langkah awal yang dilakukan pemerintah Jepang pascabom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 1945 itu adalah, mengirim pelajar-pelajar Jepang ke luar negeri untuk belajar dengan misi membangun Jepang kembali. Buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang agar mempermudah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi barat. Kemudian buku-buku pengetahuan itu dijual dengat sangat murah sehingga mempermudah masyarakat memperolehnya. Dari situ timbullah kegemaran membaca pada sebagian besar masyarakat Jepang.

Jepang sadar betul ujung tombak pendidikan adalah guru. Maka pemerintah dan masyarakat Jepang sangat menghargai sosok seorang guru, baik secara finansial maupun moral. Bayangkan untuk guru yang baru mengajar saja Jepang berani memberi honor sebesar 200 ribu yen atau sekitar Rp16 juta per bulan. Dan untuk guru honor senior di Jepang gajinya bisa mencapai 500 ribu yen atau sekitar Rp40 juta. Tidak heran bila dedikasi tercurah penuh terhadap profesi guru karena kerja mereka dihargai secara pantas. Robert C. Christopher, mantan koresponden majalah Newsweek yang tinggal di Jepang pernah berujar, "lihatlah sikap para guru Jepang, perhatian mereka sampai ke totalitas kehidupan murid mereka".

Bagaimana di Indonesia?

Pendidikan masyarakat Indonesia jauh tertinggal. Hal ini didukung oleh kurangnya perhatian pemerintah. Kalaupun ada perhatian namun tidak dikelola secara serius dan profesional. Di tambah pula proses manajemen yang tidak transparan dan kebijakan yang tidak tepat sasaran, semakin membuat dunia pendidikan bangsa kita dirundung persoalan. Tak heran, kalau bicara tentang pendidikan nasional terkesan selalu yang buruk-buruknya saja.

Setiap ada perubahan menteri, persoalan yang hangat diperbincangkan selalu berkutat pada masalah undang-undang, kurikulum, kebijakan ujian, insensif para guru dan keterbatasan anggaran. Namun demikian kebijakan yang diambil selalu saja mengecewakan. Padahal negara kita dianggap salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang memadai sebagai modal utama untuk membangun negara. Namun kenyataannya kemiskinan dan pengangguran tetap mejadi musuh utama serta terus merasa kurang dalam pendanaan. Kita mungkin sudah lupa bahwa kemajuan sebuah bangsa terletak dari baik-buruknya kualitas manusia atau indeks pembangunan manusianya. Hal inilah yang disadari betul oleh negara Jepang sehingga mampu menjawab persoalan dan bangkit dari keterpurukannya terutama pasca perang dunia II.

Jhon Neisbitt dalam bukunya Mega trend 2000 mengingatkan kita dengan mengatakan: "Suatu negara miskin pun bisa bangkit, bahkan tanpa sumber daya alam yang melimpah ruah, asalkan negara yang bersangkutan melakukan investasi yang cukup, yaitu dalam hal kualitas sumber daya manusianya".

Bagaikan lingkaran setan

Rendahnya perhatian pemerintah akan perlunya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas menyebabkan terjadinya kemerosotan di dunia pendidikan. Akibatnya, terjadi peningkatan kemiskinan dan pengangguran yang disusul merebaknya tindakan kejahatan di tengah masyarakat. Kebodohan menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan terhalangnya mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Karena tidak berpendidikan dan tidak memiliki pengalaman apapun, menjadi pengangguran dan melakukan tindakan deviant (menyimpang). Kebodohan, pendidikan, kemiskinan, pengangguran, dan tindak kejahatan, begitulah seterusnya bagaikan lingkaran setan.

Tidak heran bila persoalan kemiskinan ini pulalah yang dianggap sebagai permasalahan utama yang harus dihadapi oleh negara-negara Asia-Afrika ke depan, sebagaimana yang disampaikan oleh sejumlah pemimpin negara yang ikut dalam peringatan ke-50 tahun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KAA) yang belum lama ini diselenggarakan di Jakarta.

"Lingkaran setan" di lembaga dunia pendidikan itu, begini ceritanya. Ada tuduhan yang menyebabkan rendahnya mutu mahasiswa Indonesia disebabkan Perguruan Tinggi (PT) yang tak berkualitas. PT lalu menyalahkan sekolah menengah tingkat atas (SMA) yang tidak becus memproduksi calon mahasiswa. Pihak SMA kemudian menyalahkan sekelohah menengah tingkat pertama (SMP) yang tak berhasil mendidik muridnya. Pihak SMP pun menyalahkan sekolah tingkat dasar (SD) yang tak becus mendidik anak-anaknya. Lalu pihak SD pun menuduh pihak PT tidak becus memproduksi calon guru yang berkualitas dalam mengajar. Begitulah seterusnya bagaikan lingkaran setan. Sebuah dilema. Memang.

Menakar SDM Indonesia

Ada beberapa faktor yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan dalam pendidikan. Faktor-faktor itu dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pertama, faktor perangkat keras (hardware), yang meliputi ruangan belajar, peralatan praktik, laboratorium, perpustakaan; kedua, faktor perangkat lunak (software) yaitu meliputi kurikulum, program pengajaran, manajemen sekolah, sistem pembelajaran; ketiga, apa yang disebut dengan perangkat pikir (brainware) yaitu menyangkut keberadaan guru (dosen), kepala sekolah, anak didik, dan orang-orang yang terkait di dalam proses pendidikan itu sendiri.

Dari tiga kelompok faktor di atas, maka yang menjadi penentu suksesnya belajar dan berhasilnya suatu pendidikan sangat (dominan) ditentukan oleh faktor tenaga pendidik, dalam hal ini guru di sekolah dan para dosen di Perguruan Tinggi. Meskipun di suatu sekolah dan perguruan tinggi fasilitasnya memadai, bangunannya bertingkat; meskipun kurikulumnya lengkap, program pengajarannya hebat, manajemennya ketat, sistem pembelajarannya oke, tapi para tenaga pengajarnya (guru/dosen) sebagai aplikator di lapangan tidak memiliki kemampuan (kualitas) dalam penyampaian materi, cakap menggunakan alat-alat tekhnologi yang mendukung pembelajaran, maka tujuan pendidikan akan sulit dicapai sebagaimana semestinya. Mantan Mendikbud, Fuad Hassan, pernah mengingatkan, bahwa tanpa guru yang menguasai materinya mustahil suatu sistem pendidikan berikut kurikulum serta muatan kurikulernya dapat mencapai hasil sebagaimana yang diidealkan.

Tingkat kenerja dan kualitas para tenaga pendidik (guru atau dosen) di Indonesia pernah menjadi sorotan.
Seperti studi yang dilakukan Asia Week dalam Asia's Best Universities 2000. Studi tersebut membuktikan bahwa kualitas dosen di Indonesia masih sangat rendah dan belum memadai. Dari 77 perguruan tinggi terbaik di kawasan Asia dan Australia, ternyata kualitas dosen Universitas Indonesia (UI) Jakarta hanya menempati urutan ke-62. Selanjutnya Universitas Diponegoro (Undip) Semarang di peringkat ke-76, dan paling 'kincik' adalah UGM Yogyakarta dengan peringkat ke-77. Rendahnya mutu kualitas guru dan dosen kita, menurut Prof. Dr. Ki Supriyoko (Kompas, 2002) disebabkan oleh belum tumbuhnya kebiasaan membaca dikalangan guru dan dosen itu sendiri.

Sikap guru

Di samping faktor penyebab rendahnya kualitas tenaga pendidik di atas, apa yang disebut dengan "On going Formation" terhadap guru penerapannya juga dinilai salah kaprah selama ini. Menurut ahli pendidikan, J Drost (2002), on going formation bermakna "kegiatan membentuk atau mewujudkan". Maksudnya, membentuk atau mewujudkan mutu guru secara terus menerus sebagai guru.
Kegiatan on going formation selama ini oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dilaksanakan lewat penataran. Namun apa yang diberikan dalam penataran itu biasanya bukan yang dibutuhkan guru. Di tambah lagi penatarnya yang tidak lebih bermutu pengetahuannya dan juga tidak lebih lama pengalamannya dari para petatar. Kesan yang timbul, penataran yang sering dilakukan buat guru hanya sekedar menutupi kekurangan karena studi yang tidak beres.

Oleh sebab itu kata J Drost, on going formation yang amat berguna ialah pengalaman, bukan rutin mati di depan kelas; bukan sibuk dengan buku pegangan. Pengalaman adalah hasil sikap tanggap atas setiap kejadian yang terjadi disekitar lingkungannya selama 24 jam sehari, dan mengelolanya menjadi milik mental. Yaitu dengan cara mencari kesempatan untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Hal itu bisa ditempuh oleh seorang guru melalui surat-surat kabar, majalah-majalah, buku-buku, dan bahan bacaan lainnya, menghadiri seminar-seminar atau loka karya yang berguna baginya sebagai pengajar dan pendidik.

Yang lucunya, banyak guru dan dosen yang menyuruh anak didiknya membaca dan rajin ke pustaka, tetapi guru dan dosennya sendiri jarang membaca ke pustaka. Seakan-akan pustaka hanya milik siswa dan mahasiswa. Ironisnya, kata Prof. Dr. Ki Supriyoko, ada dosen yang malu ke pustaka karena takut dikatakan bodoh oleh mahasiswanya. Bila diteliti, jarang ada bacaan yang bermutu di ruang kerja para guru dan dosen, di rumah terlebih lagi di sekolah.

Ada satu pengalaman dari hasil pengamatan penulis ketika melaksananakan Praktek Pengajaran Lapangan (PPL) beberapa tahun yang lalu (2002) di Pekanbaru. Di mana, guru di sekolah lebih banyak membawa bekal makan siang ketimbang mengisi tas dengan buku bacaan atau majalah. Begitu juga di ruang kerja para dosen di kampus-kampus, yang sering ditemukan cuma televisi, onggokan skripsi, beberapa tropi, serta secangkir teh dan kopi.

Sehingga untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pengajaran di sekolah-sekolah atau di PT-PT saja, acapkali kita mendatangkan tenaga kependidikan dari luar negeri. Kasus Riau misalnya, pernah diberitakan bahwa daerah Bengkalis mengontrak para guru Malaysia untuk mengajar di bidang eksakta dan Bahasa Inggris. Padahal dahulunya, negara Malaysialah yang meminta para guru kita untuk mengajar di sekolah-sekolah mereka. Ironis! Inilah kenyataannya, bahwa kualitas tenaga pendidik kita, suka tak suka kita akui memang jauh tertinggal.

Rendahnya kualitas atau ke-profesionalan tenaga pendidik dapat memberi dampak kepada sikap dan cara mereka selama proses pengajaran dan pendidikan berlangsung. Para guru demikian pula dosen sering ingin "menjadi dirinya sendiri". Maksud penulis, yaitu guru dan dosen yang tidak mau memahami realitas yang ada diluar dirinya. Guru dan dosen seperti ini sering menggunakan senjata "nilai" ketika menghadapi anak didik dan menunjukan sikap wibawa yang terlalu dipaksa. Guru dan dosen seperti ini tidak mampu memahami realitas secara objektif, dan acapkalai memaksakan kehendaknya. Sehingga antara mereka dan anak didik tidak terjalin suatu dealetika yang harmonis. Tanpa disadari semua itu telah menjauhkan diri mereka dari hati nurani para anak didik.

Hal ini yang diistilahkan oleh Paulo Freire (1999) dengan pendidikan "gaya bank". Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme antara guru dan murid, yaitu: Guru mengajar, murid belajar; Guru tahu segalanya, murid tak tahu apa-apa; Guru berpikir, murid dipikirkan; Guru bicara, murid mendengarkan; Guru mengatur, murid diatur; Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya; dan sebagainya. Hal demikian sering terjadi di dunia pendidikan kita. Guru dan dosen menjelma menjadi manusia "asing" bukan lagi sebagai fartner murid-murid dalam proses belajar mengajar yang demokratis dan membebaskan.

Belum lama ini beberapa kepala sekolah dan beberapa pihak anggota dinas pendidikan di salah satu Kabupaten di Riau mengadakan studi banding tentang KBS dan KBK di tiga negara yaitu Malaysia, Thailand, dan Singapura. Yang lucu ketika pulang dari tiga negara yang dikunjungi itu ternyata sebagian guru cuma membawa mainan kunci, salak pondo, dan mangga yang diawetkan ke sekolahnya. Kan mendingan sebuah buku atau cerita kiat sukses pendidikan di negara-negara itu sambil membuat laporannya dalam bentuk tulisan di media massa ketimbang membawa mainan kunci?

Sederet kisah perilaku tenaga pendidik kita ternyata belum usai. Di perguruan tinggi terutama dalam proses pembuatan skripsi, ada sebagian dosen pembimbing yang acuh, bahkan ada yang berkata kepada mahasiswa bimbingannya: "Saya butuh kamu atau kamu butuh saya!". Sehingga dosen yang jarang tampak di kampus itu harus ditunggu dan dicari ke sana-sini. Bukankah seharusnya, sebagai dosen pembimbing sebaiknya mempermudah urusan skripsi yang dibuat sebagai rasa tanggung jawab terhadap amanah.

Persoalan ini pernah disinggung (atau diakui) oleh Ali Khomsan (guru besar IPB) dalam tulisannya Strategi Percepatan Pendidikan Pascasarjana (Republika, 13 Februari 2002). Ali mengatakan, salah satu kelemahan dalam proses pembimbingan mahasiswa selama ini, adalah kurangnya monitoring dosen pembimbing terhadap mahasiswanya. Seolah-olah mahasiswa sendiri yang harus bertanggung jawab apakah ingin lulus tepat waktu atau mau berlama-lama di kampus. Kalau mahasiswa tidak datang kepadanya, dosen merasa tidak rugi karena justru waktunya bisa digunakan untuk kegiatan yang lain. Padahal, kemampuan meluluskan mahasiswa secara tepat waktu adalah komitmen yang harus dipegang oleh semua dosen pembimbing.

Ali menceritakan pengalamannya ketika studi S3 di Amerika. Bahwa pembimbingnya rela mengendarai mobil sejauh 100 km untuk mengantarkannya ke suatu tempat untuk mencari data sekunder yang dibutuhkannya. Selanjutnya jadwal konsultasi selalu tepat waktu dan diberikan secara luas. Lalu bagaimana di Indonesia? Jangankan tepat waktu, jadwal untuk konsultasi saja terkadang tidak diberikan. Sehingga acapkali mahasiswa menunggu pembimbingnya berjam-jam di kampus.

Meningkatkan kualitas guru atau dosen dan memperhatikan kesejahteraan hidup para "Umar Bakri", adalah kunci lain untuk mencapai dunia pendidikan yang bermutu. Tesis ini diyakini oleh banyak negara, seperti Australia. Ketika para menteri pendidikan negara-negara bagian Australia berkumpul di Adelaide, mereka sepakat untuk konteks milinium ke-3 akan membangun bangsa dengan cara peningkatan kualitas pendidikan yang dimulai dengan meningkatkan keprofesionalan guru. Oleh sebab itu di Australia guru sangat dihargai, dan gajinya sangat memadai. Sehingga banyak master dan doktor tidak malu-malu menjadi guru (bukan dosen) untuk mengajar di tingkat sekolah menengah atau sekolah dasar (SD) sekalipun. Begitu juga di Jepang, masyarakat dan pemerintahan Jepang sangat menghargai dan menghormati keberadaan guru di negaranya.

Musuh kita

Kebodohan, kemiskinan, pengangguran dan tindak kejahatan adalah musuh utama kita dan persoalan besar. Oleh sebab itu harus ditangani secara 'besar', transparan, profesional, serta tepat sasaran. Terutama pada sektor pendidikan. Bila tidak peningkatan kualitas manusia ini dan usaha mencapai ke arah itu akan tetap berjalan ditempat. Kemudian teknologi dan informasi, atau penyediaan infrastruktur seperti kelancaran jalan dan komunikasi, adalah persoalan besar pula. Sebab itu, aspek ini sesekali jangan pula diabaikan. Bila diabaikan kita akan kembali berada dalam sebuah "lingkaran setan" yang menyesatkan.
Semoga tidak. Wallahua'lam.

Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berfikir panjang (Kompas, 24 Mei 2002).

Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka pangjang. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.

Itulah sebabnya Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknnya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional seharusnya diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu diperluas menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya “benar-benar” dibebaskan dari segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar” karena selama ini wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah gratis. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk pendidikan tingkat selanjutnya.

Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian PENDIDIKAN / EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): Amirul Mukminin
Saya Dosen di UPT - Kebahasaan UNJA/ASM Jambi, Manager LPK Bahasa Inggris-MEC
Tanggal: 23 January 2003
Judul Artikel: PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL
Topik: Pendidikan Nasional

Artikel: Oleh Amirul Mukminin

Memang harus kita akui ada diantara (oknum) generasi muda saat ini yang mudah emosi dan lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran. Kita lihat saja, tawuran bukan lagi milik pelajar SMP dan SLTA tapi sudah merambah dunia kampus (masih ingat kematian seorang mahasiswa di Universitas Jambi, awal tahun 2002 akibat perkelahian didalam kampus). Atau kita jarang (atau belum pernah) melihat demonstrasi yang santun dan tidak menggangu orang lain baik kata-kata yang diucapkan dan prilaku yang ditampilkan. Kita juga kadang-kadang jadi ragu apakah demonstrasi yang dilakukan mahasiswa murni untuk kepentingan rakyat atau pesanan sang pejabat.

Selain itu, berita-berita mengenai tindakan pencurian kendaraan baik roda dua maupun empat, penguna narkoba atau bahkan pengedar, pemerasan dan perampokan yang hampir setiap hari mewarnai tiap lini kehidupan di negara kita tercinta ini banyak dilakukan oleh oknum golongan terpelajar. Semua ini jadi tanda tanya besar kenapa hal tersebut terjadi?. Apakah dunia Pendidikan (dari SD sampai PT) kita sudah tidak lagi mengajarkan tata susila dan prinsip saling sayang - menyayangi kepada siswa atau mahasiswanya atau kurikulum pendidikan tinggi sudah melupakan prinsip kerukunan antar sesama? Atau inikah hasil dari sistim pendidikan kita selama ini ? atau Inikah akibat perilaku para pejabat kita?

Dilain pihak, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang membuat bangsa ini morat-marit dengan segala permasalahanya baik dalam bidang keamanan, politik, ekonomi, sosial budaya serta pendidikan banyak dilakukan oleh orang orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi baik dalam negri maupun luar negri. Dan parahnya, era reformasi bukannya berkurang tapi malah tambah jadi. Sehingga kapan krisis multidimensi inI akan berakhir belum ada tanda-tandanya.

PERLU PENDIDIKAN YANG BERMORAL
Kita dan saya sebagai Generasi Muda sangat perihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon generasi penerus Bangsa Indonesai saat ini, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di dalam bumi republik ini. Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral, beretika, sopan, santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu dilakukan hal-hal yang memungkin hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

Pertama, melalui pendidikan nasional yang bermoral (saya tidak ingin mengatakan bahwa pendidikan kita saat ini tidak bermoral, namun kenyataanya demikian di masyarakat). Lalu apa hubungannya Pendidikan Nasional dan Nasib Generasi Penerus? Hubungannya sangat erat. Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini.

Pendidikan nasional selama ini telah mengeyampingkan banyak hal. Seharusnya pendidikan nasional kita mampu menciptakan pribadi (generasi penerus) yang bermoral, mandiri, matang dan dewasa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.Tapi kenyataanya bisa kita lihat saat ini. Pejabat yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme baik di legislative, ekskutif dan yudikatif semuanya orang-orang yang berpendidikan bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka bergelar dari S1 sampai Prof. Dr. Contoh lainnya, dalam bidang politik lebih parah lagi, ada partai kembar , anggota dewan terlibat narkoba, bertengkar ketika sidang, gontok-gontokan dalam tubuh partai karena memperebutkan posisi tertentu (Bagaimana mau memperjuangkan aspirasi rakyat kalau dalam diri partai saja belum kompak).

Dan masih ingatkah ketika terjadi jual beli kata-kata umpatan ("bangsat") dalam sidang kasus Bulog yang dilakukan oleh orang-orang yang mengerti hukum dan berpendidikan tinggi. Apakah orang-orang seperti ini yang kita andalkan untuk membawa bangsa ini kedepan? Apakah mereka tidak sadar tindak-tanduk mereka akan ditiru oleh generasi muda saat ini dimasa yang akan datang? Dalam dunia pendidikan sendiri terjadi penyimpangan-penyimpang yang sangat parah seperti penjualan gelar akademik dari S1 sampai S3 bahkan professor (dan anehnya pelakunya adalah orang yang mengerti tentang pendidikan), kelas jauh, guru/dosen yang curang dengan sering datang terlambat untuk mengajar, mengubah nilai supaya bisa masuk sekolah favorit, menjiplak skripsi atau tesis, nyuap untuk jadi pegawai negeri atau nyuap untuk naik pangkat sehingga ada kenaikan pangkat ala Naga Bonar.

Di pendidikan tingkat menengah sampai dasar, sama parahnya, setiap awal tahun ajaran baru. Para orang tua murid sibuk mengurusi NEM anaknya (untungsnya, NEM sudah tidak dipakai lagi, entah apalagi cara mereka), kalau perlu didongkrak supaya bisa masuk sekolah-sekolah favorit. Kalaupun NEM anaknya rendah, cara yang paling praktis adalah mencari lobby untuk memasukan anaknya ke sekolah yang diinginkan, kalau perlu nyuap. Perilaku para orang tua seperti ini (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung sudah mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan. (makanya tidak aneh sekarang ini banyak oknum pejabat jadi penipu dan pembohong rakyat). Dan banyak lagi yang tidak perlu saya sebutkan satu per satu dalam tulisan ini.

Kembali ke pendidikan nasional yang bermoral (yang saya maksud adalah pendidikan yang bisa mencetak generasi muda dari SD sampai PT yang bermoral. Dimana proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin-plan, jujur, santun, berahklak mulia, berbudi pekerti luhur sehingga mereka tidak lagi bergantung kepada keluarga, masyarakat atau bangsa setelah menyelesaikan pendidikannya.Tetapi sebaliknya, mereka bisa membangun bangsa ini dengan kekayaan yang kita miliki dan dihargai didunia internasional. Kalau perlu bangsa ini tidak lagi mengandalkan utang untuk pembangunan. Sehingga negara lain tidak seenaknya mendikte Bangsa ini dalam berbagai bidang kehidupan.

Dengan kata lain, proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral pula. Dimana ketika berlangsung proses tranformasi ilmu pengetahuan di SD sampai PT sang pendidik harus memiliki moralitas yang bisa dijadikan panutan oleh peserta didik. Seorang pendidik harus jujur, bertakwa, berahklak mulia, tidak curang, tidak memaksakan kehendak, berperilaku santun, displin, tidak arogan, ada rasa malu, tidak plin plan, berlaku adil dan ramah di dalam kelas, keluarga dan masyarakat. Kalau pendidik mulai dari guru SD sampai PT memiliki sifat-sifat seperti diatas. Negara kita belum tentu morat-marit seperti ini.

Kedua, Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Misalkan kurikulum sudah dirubah, anggaran pendidikan sudah ditingkatkan dan fasilitas sudah dilengkapi dan gaji guru/dosen sudah dinaikkan, Namun kalau pendidik (guru atau dosen) dan birokrat pendidikan serta para pembuat kebijakan belum memiliki sifat-sifat seperti diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut akan sia-sia. Implementasi di lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini saya tidak berpretensi menyudutkan guru atau dosen dan birokrat pendidikan serta pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses pendidikan di Indonesia saat ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral harus segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti diatas.

Selain itu, anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu akan mengubah dengan cepat kondisi pendidikan kita saat ini. Malah anggaran yang tinggi akan menimbulkan KKN yang lebih lagi jika tidak ada kontrol yang ketat dan moralitas yang tinggi dari penguna anggaran tersebut. Dengan anggaran sekitar 6% saja KKN sudah merajalela, apalagi 20-25%.

Ketiga, Berlaku adil dan Hilangkan perbedaan. Ketika saya masih di SD dulu, ada beberapa guru saya sangat sering memanggil teman saya maju kedepan untuk mencatat dipapan tulis atau menjawab pertanyaan karena dia pintar dan anak orang kaya. Hal ini juga berlanjut sampai saya kuliah di perguruan tinggi. Yang saya rasakan adalah sedih, rendah diri, iri dan putus asa sehingga timbul pertanyaan mengapa sang guru tidak memangil saya atau yang lain. Apakah hanya yang pintar atau anak orang kaya saja yang pantas mendapat perlakuan seperti itu.? Apakah pendidikan hanya untuk orang yang pintar dan kaya? Dan mengapa saya tidak jadi orang pintar dan kaya seperti teman saya? Bisakah saya jadi orang pintar dengan cara yang demikian?

Dengan contoh yang saya rasakan ini (dan banyak contoh lain yang sebenarnya ingin saya ungkapkan), saya ingin memberikan gambaran bahwa pendidikan nasional kita telah berlaku tidak adil dan membuat perbedaan diantara peserta didik. Sehingga generasi muda kita secara tidak langsung sudah diajari bagaimana berlaku tidak adil dan membuat perbedaan. Jadi, pembukaan kelas unggulan atau kelas akselerasi hanya akan membuat kesenjangan sosial diantara peserta didik, orang tua dan masyarakat. Yang masuk di kelas unggulan belum tentu memang unggul, tetapi ada juga yang diunggul-unggulkan karena KKN. Yang tidak masuk kelas unggulan belum tentu karena tidak unggul otaknya tapi karena dananya tidak unggul. Begitu juga kelas akselerasi, yang sibuk bukan peserta didik, tapi para orang tua mereka mencari jalan bagaimana supaya anaknya bisa masuk kelas tersebut.

Kalau mau membuat perbedaan, buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral. dewasa dan bertanggungjawab. Jangan hanya mengadopsi sistem bangsa lain yang belum tentu cocok dengan karakter bangsa kita. Karena itu, pembukaan kelas unggulan dan akselerasi perlu ditinjau kembali kalau perlu hilangkan saja.

Contoh lain lagi , seorang dosen marah-marah karena beberapa mahasiswa tidak membawa kamus. Padahal Dia sendiri tidak pernah membawa kamus ke kelas. Dan seorang siswa yang pernah belajar dengan saya datang dengan menangis memberitahu bahwa nilai Bahasa Inggrisnya 6 yang seharusnya 9. Karena dia sering protes pada guru ketika belajar dan tidak ikut les dirumah guru tersebut. Inikan! contoh paling sederhana bahwa pendidikan nasional kita belum mengajarkan bagaimana berlaku adil dan menghilangkan Perbedaan.

PEJABAT HARUS SEGERA BERBENAH DIRI DAN MENGUBAH PERILAKU
Kalau kita menginginkan generasi penerus yang bermoral, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Maka semua pejabat yang memegang jabatan baik legislative, ekskutif maupun yudikatif harus berbenah diri dan memberi contoh dulu bagaimana jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok kepada generasi muda mulai saat ini.

Karena mereka semua adalah orang-orang yang berpendidikan dan tidak sedikit pejabat yang bergelar Prof. Dr. (bukan gelar yang dibeli obral). Mereka harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini. Jadi kalau mereka terbukti salah melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, jangan cari alasan untuk menghindar. Tunjukan bahwa mereka orang yang berpendidikan , bermoral dan taat hukum. Jangan bohong dan curang. Apabila tetap mereka lakukan, sama saja secara tidak langsung mereka (pejabat) sudah memberikan contoh kepada generasi penerus bahwa pendidikan tinggi bukan jaminan orang untuk jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Jadi jangan salahkan jika generasi mudah saat ini meniru apa yang mereka (pejabat) telah lakukan . Karena mereka telah merasakan, melihat dan mengalami yang telah pejabat lakukan terhadap bangsa ini.

Selanjutnya, semua pejabat di negara ini mulai saat ini harus bertanggungjawab dan konsisten dengan ucapannya kepada rakyat. Karena rakyat menaruh kepercayaan terhadap mereka mau dibawah kemana negara ini kedepan. Namun perilaku pejabat kita, lain dulu lain sekarang. Sebelum diangkat jadi pejabat mereka umbar janji kepada rakyat, nanti begini, nanti begitu. Pokoknya semuanya mendukung kepentingan rakyat. Dan setelah diangkat, lain lagi perbuatannya. Contoh sederhana, kita sering melihat di TV ruangan rapat anggota DPR (DPRD) banyak yang kosong atau ada yang tidur-tiduran. Sedih juga melihatnya. Padahal mereka sudah digaji, bagaimana mau memperjuangkan kepentingan rakyat. Kalau ke kantor hanya untuk tidur atau tidak datang sama sekali. Atau ada pengumuman di Koran, radio atau TV tidak ada kenaikan BBM, TDL atau tariff air minum. Tapi beberapa minggu atau bulan berikutnya, tiba-tiba naik dengan alasan tertentu. Jadi jangan salahkan mahasiswa atau rakyat demonstrasi dengan mengeluarkan kata-kata atau perilaku yang kurang etis terhadap pejabat. Karena pejabat itu sendiri tidak konsisten. Padahal pejabat tersebut seorang yang bergelar S2 atau bahkan Prof. Dr. Inikah orang-orang yang dihasilkan oleh pendidikan nasional kita selama ini?

Harapan
Dengan demikian, apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri, bermoral, dewasa dan bertanggung jawab. Konsekwensinya, Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda. jangan hanya menuntut generasi muda untuk berperilaku jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.

Tapi para pemimpin bangsa ini tidak melakukannya. Maka harapan tinggal harapan saja. Karena itu, mulai sekarang, semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga terendah di legislative, eksekutif dan yudikatif harus segera menghentikan segala bentuk petualangan mereka yang hanya ingin mengejar kepentingan pribadi atau kelompok sesaat dengan mengorbankan kepentingan negara. Sehingga generasi muda Indonesia memiliki panutan-panutan yang bisa diandalkan untuk membangun bangsa ini kedepan.

Judul Artikel: Sudah Dewasakah Sistem pendidikan Kita?
Topik: Pendidikan Kita

Salah satu tujuan Pendidikan Nasional Dalam UU SisDikNas No.20 Tahun 2003, adalah melahirkan manusia yang bertanggung jawab. Seperti yang kita ketahui bersama sitem pendidikan tidak terlepas dari berbagai unsur yang ada, seperti Guru, siswa, kurikulum, manajemen, sarana dan Prasarana, kebijakan pemerintah dsb. Untuk melahirkan manusia yang bertanggung jawab tidaklah mudah. Manusia yang bertanggung jawab adalah profil manusia dewasa yaitu manusia yang dapat membedakan baik dan buruk, indah dan jelek, atau benar dan salah.

Jika melihat output (lulusan) pendidikan kita selama ini pendidikan di indonesia banyak melahirkan manusia yang belum dewasa. kenapa demikian ?
Ini dapat kita lihat dari pigur-pigur pejabat yang ada. Pejabat sekarang korupsi, mementingkan diri sendiri dan Premaniseme adalah contoh dari produk pendidikan kita selama ini. Kita tahu bahwa korupsi adalah perbuatan tidak baik dan hanya anak-anak lah yang mungkin belum bisa menilai bahwa kaorupsi adalah perbuatan tidak baik. Itu adalah salah satu contoh bahwa pendidikan di Indonesia belum melahirkan manusia yang Bertanggung jawab.

Semoga Pendidikan Nasional kita ke depan bisa melahirkan manusia yang bertanggung jawab. Yang ketika sudah menjadi pejabat atau yang memegang kebijakan di negeri Indonesia punya hati nurani, tidak menjual aset negeri ini dan bekerja untuk mencerdaskan kehiduapan bangsa kembali.
============================================================================================

PERMASALAHAN PENDIDIKAN SEKARANG INI

Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tecermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

Berbicara tentang anggaran pendidikan ini memang sangat dilematis. Dalam kenyataannya, permasalahan utama sebenarnya bukan pada nilai anggaran saja. Hal ini terbukti bahwa meskipun anggaran kita kurang dari angka 20 persen dari APBN. Tetapi dalam hal ini pemerintah berusaha menaikkan anggaran pendidikan dari tahun ke tahun. Pertanyaannya adalah bahwa, apakah kenaikan anggaran itu telah dapat mendongkrak pencapaian hakikat penyelenggaran pendidikan itu sendiri? Belum lagi adanya berbagai penyalahgunaan anggaran pendidikan, mulai dari masih maraknya pungutan liar dari tingkat perguruan tinggi sampai dengan penyelewengan dana BOS.

Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan angaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pingiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.

Ada beberapa masalah utama pendidikan kita saat ini yang perlu dicermati, yaitu rendahnya kualitas SDM pendidikan dan sistem pendidikan yang kita pakai. Banyaknya pelajar Indonesia masih belajar dalam taraf menghafal saja. Dimana hanya berbekal hafalan tidak membuat tambahnya suatu kecerdasan maupun tambahnya kedewasaan seseorang.Untuk mengatasi masalah itu, perlu usaha keras dari pelajar, pangajar, dan pemerintah sebagai pemegang berwenang dan mengelola dana. Bagaimana agar pelajar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para anak didik melalui kendali dan kontrol dari guru. Sedangkan pemerintah sebagai penyedia sarana dan prasarana ada upaya agar tercukupi.
Dengan buruknya sarana dan prasarana pendidikan dan kurikulum yang kurang efektif. Semua itu berasal dari hal yang terpisah-pisah, yaitu sistem pendidikan dan taraf kemampuan SDM pendidikan.Untuk meningkatkan alokasi dana pendidikan yang memadai dengan meletakkan pembangunan pendidikan sebagai perioritas pertama.

Selain itu dengan meningkatkan kesejahteraan dan penghargaan terhadap peran guru sebagai pilar utama pendidikan dan pembangunan bangsa.
Posisi guru dan pendidik harus dihargai sebagai profesi yang mulia. Namun, peningkatan kesejahteraan guru ini tidak hanya meningkatkan gaji saja, melainkan pada saat yang sama mutu pendidikan harus lebih meningkat. Tanggung jawab sejauh mana kontrol guru terhadap murid, terhadap proses belajar mengajar. Apakah anak didik telah mampu menerima materi yang disampaikan hingga dapat bermanfaat sebagai bekal hidup dan matinya. Karena itu, sistem penggajian harus dikaitkan dengan peningkatan kinerja dan kepribadian pengajar.

Saya Wulan Agustin Herdiana setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan

Judul: MEMBANGUN CITRA GURU, MENUJU SEKOLAH EFEKTIF
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian SEKOLAH / SCHOOLS.
Nama & E-mail (Penulis):
DRS. ANTON SUNARTO, BTH, MPD
Saya Pengamat di JAKARTA
Topik: GURU - SEKOLAH EFEKTIF
Tanggal: 09 OKTOBER 08

MEMBANGUN CITRA GURU MENUJU SEKOLAH EFEKTIF

(oleh: Drs. Anton Sunarto, BTh, MPd).

Saat Perang Dunia II, setelah Nagasaki dan Hiroshima di bom oleh sekutu, langkah pertama yang ditempuh pemerintah Jepang , mendata kembali berapa jumlah Guru dan Dokter yang tersisa. Mereka mulai membangun negara yang porak-poranda dari bidang pendidikan dan kesehatan. Hasilnya sangat menakjubkan. Setelah kurang lebih 20 tahun, dengan kerja keras yang tak kenal lelah, Jepang mempu mensejajarkan negaranya dengan negara-negara maju lainnya. Lahirlah kekuatan baru di kawasan Asia saat itu. Untuk bidang pendidikan di kawasan Asia, Jepang juga sebagai negara terbaik, di samping India, Korea selatan dan Singapura.

Kisah nyata itu menyadarkan kita, betapa besar peran Guru dalam membangun suatu bangsa. Ironisnya, di negara kita tercinta, profesi guru¡Xperan guru, kurang diperhitungkan. Malah cenderung dikesampingkan. Pada masa ¡§regim Orde Baru¡¨ profesi guru malah identik dengan ¡§kemiskunan¡¨, ketidakberdayaan, kelompok masyarakat yang tahan lapar. profesi guru tidak membanggakan. Guru adalah imput pelarian dari anak miskin yang tidak berkecukupan, potret OEMAR BAKRI si wagu tur kuru yang jauh dari pantas. Dalam masa itu, kelompok Guru tidak lebih dari sekedar alat politik dari regim yang berkuasa.
Guru tidak lebih sekedar alat politik dari regim yang berkuasa. Untuk membius kelompok ini, regim berkuasa saat itu, menganugerahkan gelar ¡§Pahlawan Tanpa Tanda Jasa¡¨ //PTTJ dalam sebuah lagu. Dengan setengah sinis teman saya mengatakan ¡§sampai sekarang belum ada makam pahlawan untuk para guru¡¨.

CITRA Guru yang terbentuk di dalam dirinya sampai saat ini, menurut saya, bukanlah sosok berdasi, intelektual ulung dalam menyiapkan masa depan, tetapi sekedar sebagai ¡§pekerja suara¡¨ yang berangkat subuh pulang malam, tetapi kering finansial. Praktis, citra guru teredusir sedemikian rupa di balik keagungan harapan yang meluap. Permasalahannya: bagaimana kita dapat membangun citra kita sendiri sebagai guru, agar peran dan profesionalitas kita terpenuhi?

Saat ini, apresiasi masyarakat semakin tinggi terhadap Guru, Pemerintah semakin sungguh-sungguh berupaya mensejahterakan Guru, media massa semakin gencar memberitakan tentang kinerja guru. Dari segi kemampuan ekonomis, guru tidak lagi dipandang sekedar sebagai ¡§pengamen¡¨. ¡§Diktator¡¨ ¡V menjual diktat baru bisa beli motor. Atau ¡§Pelacur Profesi¡¨ - setelah jam dinas bergilir memenuhi panggilan dari pintu ke pintu, sekedar mencari agar dapur tetap ¡§berasap¡¨.

Gagaimana dengan kita sendiri sebagai pelaku utama pendidikan? ¡V yang dalam UU Dosen dan Guru disebut tenaga profesional. Sama dengan dokter, Pengacara dan lain-lain? Banyak pernyataan kritis sering kita dengar, kita lihat, dan kita baca menyangkut eksistensi, kompetensi, dan kinerja kita sebagai tenaga profesional ¡V memang masih memprihatinkan.

Kenyataan rendahnya kompetensi, ethos kerja, dan kinerja guru, seperti dikemukakan oleh Fasli Djalal, Dirjen DIKNAS Peningkatan mutu Pendidik dan tenaga kependidikan menyebutkan hampir separo dari sekitar 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar di sekolah. 75.648 di antaranya guru SMA. Pernyataan itu disampaikan berkenaan dengan wacana guru profesional dan guru kompeten sebagai syarat untuk memperoleh tunjangan profesi guru dan peningkatan kwalitas pendidikan di Indonesia.

Pernyataan yang merujuk pada rendahnya kompetensi dan ethos kerja guru itu juga pernah diungkapkan oleh menteri pendidikan pada masa itu Wardiman Djoyonegoro dalam wawancara ddi TPI tanggal 16 Agustus. Dalam wawancara itu Ia mengemukakan ¡§hanya 43 % guru yang memenuhi syarat ¡§, artinya sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak profesional untuk melaksanakan tugasnya.
Pantaslah kalau kwalitas pendidikan kita jauh dari harapan dan kebutuhan.

Kenyataan rendahnya kompetensi guru itu, tidak perlu malu untuk disikapi oleh para sendiri. Perlu dijadikan permenungan. Dari mana harus merubah citra guru? Kuncinya ada para guru sendiri. Bagaimana mereka akan menjadikan dirinya profesional.
Itu kembali kepada para guru. Karena dihadapan kita terbentang lautan sumber pengetahuan yang tiada batas.

Bagaimana menjadi guru yang lebih profesional, efektif, dan bermutu, kata kuncinya pada ¡§perubahan¡¨. Kita semua membutuhkan perubahan. Termasuk para guru. Perubahan demi suatu keyakinan, dan demi ketangguhan profesi guru menjadi perkara yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Untuk menjadi lebih baik, tidak mungkin para guru hanya berpuas pada status quonya. Malas menambah wawasan. Dan merasa paling mengetahui banyak hal. Padahal, saat ini guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahhuan bagi para siswa. Tidak sedikit guru yang tanggap akan tuntutan profesionalnya sebagai pendidik. Tetapi juga tidak kurang sedikit guru yang diam di zona nyaman. Malas meningkatkan ketrampilan dan profesionalismenya.

Mungkin ada ada satu hal yang perlu kita refleksikan, mengapa guru takut berubah. Atau malas berubah. Sebab-sebab paling dasar keraguan terhadap dampak dan efek dari entitas perubahan itu sendiri. Perubahan memunculkan ketegangan dan kerumitan. Perubahan mendatangkan stres dan tekanan.

MEMPERBAIKI CITRA GURU

Dalam kurun waktu dasawarsa terakhir, Pemerintah berupaya mendongkrak citra guru yang terlanjur pudar. Tujuan akhir tentu memperbaiki kwalitas pendidikan. Menjadi guru profesional bukan perkara gampang. Apalagi untuk menjadi guru baik. Citra guru yang baik, dapat mengangkat citra dan kwalitas pendidikan. Kwalitas pendidikan yang baik, dapat mengangkat martabat bangsa. Tetapi permasalahannya, dari mana harus dimulai?

1. Dari diri sendiri

Untuk memperbaiki citra guru, mereka harus berani ¡§membedah diri¡¨. Guru profesional itu, guru yang mengenal dirinya. Dirinya sebagai pribadi yang terpanggil untuk mendidik manusia. Untuk itu, guru dituntut untuk belajar sepanjang hayat (long life education). Medan belajar adalah medan yang menyenangkan. Menjadi guru bukan hanya sebuah proses yang harus dilalui melalui test kompetensi dan sertifikasi. Karena menjadi guru menyangkut perkara hati. Maka mengajar harusnya menjadi profesi hati. Hati harus mendapat perhatian cukup, yaitu pemurnian hati, atau motivasi untuk menjadi guru profesional.
Pemurnian hati itu, akan mendorong kita senantiasa meningkatkan kemampuan untuk membelajarkan siswa.

Paling tidak ada 3 kata kunci yang menjadikan guru itu menjadi penting. Tiga kata kunci itu sekaligus menjadi sifat dan karakteristik guru: 1. Kreatif. 2. Profesional. 3. Menyenangkan.

Mengapa guru harus kreatiaf ? Karena harus memilah dan memilih materi pembelajaran. Dan kemudian secara kreatif menyajikan menjadi bahan pembelajaran yang yang penuh makna, dan berkwalitas. Sedang sifat profesional, karena guru harus secara profesional membentuk kompetensinya sesuai dengan karakter peserta didik. Juga bagi dirinya. Berarti belajar dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok guru. Tetapi guru juga harus menyenangkan. Baik bagi dirinya sendiri maupun bagi peserta didik. Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan itu akan terwujud, jika si guru mau secara terus-menerus meningkatkan kemampuan dan ketrampilan. Mau belajar.

2. Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan.

Guru sebagai profesional (sama dengan profesi dokter, pengacara, sekretaris, dan lain-lain), tanggungjawab utamanya mengawal perkembangan pribadi siswa. Peran pendampingan itu tidak mungkin akan berhasil jika guru tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang profesioanal. Guru profesional biasanya memiliki hal-hal seperti ini:
"« Penguasaan terhadap pengetahuan dan ketrampilan. "« Memiliki kemampuan profesional di atas rata-rata.

"« Idealisme dan pengengabdian yang tinggi. "« Pantas secara moral dan perilaku menjadi panutan.

Pribadi guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan, terus berupaya untuk membangun citra dirinya secara positif. Berkomitmen pada pengabdian pada pendampingan kepada peserta didik. Ia selalu berupaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sebagai profesional dan pendidikan. Maka dalam proses pembelajaran di kelas selalu mencari bentuk-bentuk kreatif dan efektif bnagi dirinya dan bagi peserta didik.
Guru kreatif akan mewujudkan pembelajaran yang inovatif. Guru kreatif dan pembelajaran inovatif dapat mewujudkan sekolah efektif.

Saya DRS. ANTON SUNARTO, BTH, MPD setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .


Category: | 2 Comments